09 Oktober 2007

Pacaran dengan kesenjangan sosial………capek deh……..


“……….Dia berada jauh disana, dan aku di rumah, memandang kagum pada dirinya dalam layar kaca………” ;
“kita ini keluarga ningrat, jangan pacaran dengan orang nggak sederajat dengan kita……”

Itulah tadi lagu project pop dan sedikit skrip sinetron. Hem…..mungkin ga sih kita pacaran dengan superstar atau dengan anak Sultan Keraton atau kalo sekarang ini anak Presiden lah….., mungkin ga ?? kalo buat mereka yang optimis, pasti jawab BISA BANGET, tapi buat mereka yang pesimis ya pastinya bilang NGGAK TAU. Itu sih bisa aja,mungkin aja kalo kita sedrajat ama mereka, contohnya sama-sama artis atau sama-sama bangsawan alias sedrajat lah ama mereka. Lha kalo aku abdi dalem, sementara orang yang aku suka itu anak Sultan(Roro,ratu,atw apalah sebutannya), gimana?? Atw aku kasta Sudra, eh pacarku kasta Brahmana, ga mungkin dong kita bersatu……mana lagi keluarganya masih sangat kental dengan adat-adat yang yang melihat seseorang dari BIBIT, BEBET, dan BOBOT-nya (emang iklan motor apa??hehehe….).

Semua itu bisa,buktinya di sinetron bisa tuh meski dengan berteteskan air mata, bermandikan keringat, atw bertaruh harga diri, alah…alah…..Kalo aku bicara sih, bisa juga tidak. Sebenernya Status sosial hanyalah sebuah status yang mengkotak-kotakkan kita pada satu golongan dengan golongan lain. Kalau kita sadar, sebenarnya HARTA yang merupakan salah satu faktor membuat kita berada di satu golongan atau status sosial tertentu adalah satu TITIPAN TUHAN. Emang bener Rezeki, Jodoh, dll, itu adalah hasil kerja kita, tapi ingat, MANUSIA NGGAK AKAN BISA BERHASIL JIKA TIDAK DISERTAI USAHA DAN DOA. Dengan kata lain bisa dibilang bahwa kita berada di SATU GOLONGAN TERTENTU ADALAH JUGA BERKAT CAMPUR TANGAN TUHAN.

Terus, kenapa masih ada aja orang yang sok dengan HARTA TITIPAN TUHAN itu ?? Manusia adalah manusia, manusia kadang khilaf, dia nggak sadar dengan apa yang diperbuat dan bagaimana sebenarnya dia. Itu hanya urusan dia dan TUHAN aja nanti saat meninggal. Tapi seharusnya, kita sebagai manusia adalah harus saling menolong dan membantu. Tuhan melihat MANUSIA, BUKAN dari FISIK, HARTA, atau STATUS SOSIAL. Tuhan menciptakan manusia menurut GAMBAR DAN RUPA ALLAH, hanya saja mereka MERUSAK CITRA ITU DENGAN JATUH DALAM DOSA.Jadi, buat apa kamu-kamu yang ada di Status “atas”, nganggap remeh mereka yang “bawah”. Toh kamu juga sama aja dengan mereka.

Terus apa hubungannya dengan masalah pacaran??? Yeee…ini sebagai landasan dulu bahwa Status sosial kita nggak menjamin seseorang bakal bahagia jika berpasangan dengan mereka yang sama-sama berstatus sama. Kecenderungan mereka yang hidup di kehidupan yang “ SERBA BERKECUKUPAN ” ini adalah mereka yang terbiasa dengan yang namanya di-MANJAKAN dengan fasilitas yang ada, mereka terbiasa dengan SEMUA YANG SERBA ADA, kadang juga EGOIS. Ini semua adalah karena pengaruh lingkungan mereka sendiri yang sudah terbiasa dari kecil.

Berbeda dengan mereka yang berada di Status “rendah”. Mereka terbiasa MEMANJAKAN, Mandiri, Sederhana, dan tau diri. Bagaimana tidak, mereka hidup aja harus saling berbagi, kadang sepatu juga berbagi ketika berangkat sekolah. Mereka sederhana dan apa adanya dengan diri mereka. Mereka tau diri bahwa mereka nggak akan bisa saingan dengan status di atasnya. Contohnya aja, ada dua anak kost cowok yang sama-sama kost di satu daerah. Entah gimana, mungkin karena kebanyakan sama-sama, satu kali mereka sama-sama suka dengan seorang cewek. Si A adalah cowok yang tiap ke kampus dengan berjalan kaki dan kemana-mana naik angkot, makan aja di warteg (kadang ngutang lagi….hehehe….). beda dengan si B, meski anak kost, tapi cowok satu ini ada kendaraan pribadi (motor 70-an! Biar aja, yang penting bisa jalan….), makannya sama-sama di warteg, tapi ga pernah ngutang. Ke kampus yang Cuma beberapa meter, naik motornya. Nah, setelah sebulan sama-sama PDKT, akhirnya si B yang diterima. Bukan karena apa-apa, tapi karena dengan fasilitas yang ada, Si B jadi bisa lebih dekat dengan si target yang rumahnya 5 kilo dari kostnya kedua cowok ini. Si A yang memang tau diri, akhirnya terima juga dari pernyataan si cewek.Nah contoh di atas sebenarnya hanya rekayasa, bukan kejadian sebarnya, tapi jika ada kesamaan, mungkin hanya suatu kebetulan.

Sebenarnya Cinta tuh nggak pandang yang namanya HARTA,STATUS juga. Cinta adalah mereka yang bisa SALING MELENGKAPI, MELIHAT KEKURANGAN PASANGANNYA DAN MENCOBA MENYEMPURNAKAN. Jadi, UDAH NGGAK JAMAN LAGI, YANG NAMANYA CINTA KARENA STATUS.Atau PUTUS karena STATUS. Jadi, sekarang bisa aja seorang anak jalanan pun pacaran dengan artis, atau kasta SUDRA dengan BRAHMANA. Karena bagaimanapun juga,kita semua SAMA di mata TUHAN. BUKAN HARTA YANG MEMBUAT BAHAGIA, TAPI RASA SALING MENGHARGAI DAN MENGHORATI YANG MEMBUAT KITA BAHAGIA. So, Pacaran dengan beda Status Sosial, it’s POSSIBLE!!

07 Oktober 2007

Mulut Gue ok???

Tau nggak sih, apa yang membuat permusuhan antar manusia, kelompok, atau juga negara???ah itu terlalu global, yang kecil aja deh. Pasti pernah kan yang namanya bertengkar dengan sahabat sendiri?? Apa sih permasalahannya??Pasti banyak yang bilang karena dikhianati, dibohongi, egois atau yang lebih parah lagi ada yang malah bilang “dia rebut cowok/cewek gue!”. Walah…walah…tuh namanya TMT ( Temen Makan Temen ).
Tapi ini bukan saatnya buat bahas masalah sakit hati atau sebagainya. Percaya nggak kalau semua permasalahan itu muncul karena salah satu indera yang selalu kita gunakan tiap hari?? Tau nggak indera apa itu?? Bukan Indra bekti lho….itu mah artis….hehehe…..Sang Indera adalah MULUT. Yah MULUT yang buat masalah di tiap hubungan, MULUT juga yang buat perang. Kok bisa mulut sih??? Yah gimana nggak, liat aja kasus pertengakaran antar sahabat yang biasanya terjadi gara-gara sahabat kita ndiri bohong ke kita. Gimana kalo kaya gitu?? Atau mungkin kita yang biasa curhat ke dia, eh dia nya mulutnya bocor alias ember banget! Alhasil semua rahasia kita diketahui orang kan?? Nah itu semua gara-gara sapa?? MULUT kan!. Satu kasus lagi, nih buat yang biasanya chatting yang pake MIRc atau YM,etc. Kan kita nggak tahu gimana orangnya dan gimana perasaannya atw juga MOOD nya. Eh niatan Cuma bercanda dengan ngatain nama-nama Kebun Binatang, malah jadi musuhan. Apalagi uat para Jomblo neh, niatan cari cewek lewat CHAT dan pengen godain dengan dikit humor yang agak sakitin, eh malah dimarahin abiz-abizan deh. Gara-gara bilang pada temen CHATnya “eh mulut lo kok imut banget, tapi makannya kok kaya sapi!”, nah lho, sapa yang mau disama-samaiin ama SAPI hayo??? Atau mungkin “kok lama banget balesnya?? Lagi manjat po’on ya??” itu lagi, meski nggak langsung, tapikan maksudnya Monyet. Mang sapa lagi yang manjat po’on selain monyet??.
Nah, kalo kebiasaan ngomong kaya gitu, ntar malah ga dapat temen malah dapat musuh. Itu juga gara-gara MULUT kita sendiri. Sebenernya juga nggak hanya masalah permusuhan aja sih, tapi kriminalitas juga. Contohnya Minum-minuman keras, itu pake MULUT (mana ada yang pake idung!), Korupsi juga pake mulut ( ngitungnya tapi kan pake otak!), iya pake Otak, tapi kan yang jelasin pake MULUT. Dan yang populer tuh, FREE SEX, berawal dari MULUT juga! (Kok bisa?!) yah bisa aja. Setan tuh awalnya dari mulut, segala macam penyakit juga dari mulut. Untuk masalah Free sex, biasanya kan mereka ciuman dulu (pastinya di mulut), terus ketagihan dan saling raba, trus……gitu deh, bisa pikir sendiri (kan udah gede!). Nah jelaskan yang namanya MULUT itu buat masalah dan dosa di segala bidang.Hehehe….
Lha, terus gimana dong?? Apa mending mulut kita dijahit aja???Yee…jangan lah, Tuhan ciptain mulut juga ada gunanya, hanya saja MANUSIAnya aja yang nggak bener makainya….Nah, mangkannya pake tuh MULUT jangan buat nyela orang, gossipin, ngatian orang, atw bo’ong. Kalo Ciuman sih itu tergantung dari imannya. Banyak hal positif yang dapat kita lakukan dengan mulut kita. Contohnya Psikologi, nah mereka pake mulut mereka buat nasehatin atau kasih masukan buat dikit selesaiin masalah kita. Dengan mulut-mulut mereka, kita jadi terhidar dari hal-hal yang tidak diinginkan……hehehe…….Truz penyanyi, nih mulut sangat bermanfaat sekali kan?? Mereka terkenal seperti UNGU,PETER-PAN sampai STARDUT itu juga gara-gara bondo(modal) Mulut doang ama suara. Terus kalo kita bukan psikologi ataw penyanyi, gimana bisa jaga mulut kita??? Yah banyak-banyak baca kitab suci (sesuai agama masing-masing), terus coba deh buat “ngere’m” kata-kata yang nyakitin orang lain, nyela orang lain. Apa salahnya sih muji orang lain???kalo takut kepalanya gede yah di “scale” aja di photosop, beres kan???hehehehe……ataw periksaiin,jangan-jangan ada tumor…..hehehe…..Nah mudahkan cara jaga hubungan kita dengan temen. Nah untuk itu jangan suka di cap Ember, atw apalah yang jelek-jelek gara-gara mulutmu, tapi cobalah jadi yang terbaik dengan mulutmu. Dengan begitu, kamu melatih semua indera yang kamu punya mempunyai manfaat buat kamu.

06 Oktober 2007

Saksi Yehuva dan Alkitab

Saudara/i ykk,BILA kita berbicara dengan saudara-saudara Saksi-Saksi Yehuwa (Jehovah’s Witnesses), selain jawaban bahwa mereka juga mengaku sebagai ‘Kristen’, SSY juga mempercayai bahwa Alkitab adalah Firman Allah, dan dijadikan dasar pengajaran SSY. Namun, sekalipun mereka mempercayai Alkitab Kristen sebagai Firman Allah, dan pada awal gerakan mereka SSY juga menggunakan Alkitab Kristen, dapat dilihat bahwa mereka menolak Alkitab terjemahan Kristen karena dianggap sudah salah terjemahannya. Adanya keyakinan yang ambivalen demikian, SSY menerbitkan sendiri Alkitab versi SSY yang dinamakan The New World Translation of the Holy Scripture (NW) atau Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru (KS-TDB)
KITAB SUCI FIRMAN ALLAH ATAU AJARAN MANUSIA?
Memang SSY menjadikan Kitab Suci (NW/TDB) menjadi buku utama (lihat a.l. terbitan SSY, 'ALKITAB, Firman dari Allah atau dari Manusia?', 1990), namun kita akan melihat bahwa sebenarnya yang dimaksudkan dengan 'Kitab Suci' (NW/TDB) itu pada hakekatnya bukanlah terjemahan dari naskah asli seperti yang dimiliki gereja Kristen namun sarat mengandung ajaran Watchtower dan 'Studies in the Sciptures' karya Russel dan Rutherford yang sudah dikemas dalam referensi maupun apendiks Kitab Suci tersebut di samping otoritas buku-buku pengajaran yang mereka terbitkan, bahkan lebih dari itu teks Alkitab itu sendiri sudah mengalami isi pengajaran/doktrin SSY.
Dari sumber SSY sendiri kita dapat melihat beberapa fakta seperti berikut (lihat buku terbitan SSY berjudul 'Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat', 1991 yang diterbitkan oleh Watch-tower Bible & Tract Society, organ penerbitan resmi SSY).
"Pada mulanya Alkitab dibeli dari lembaga-lembaga Alkitab lainnya untuk disiarkan lagi oleh Saksi-Saksi Yehuwa ... King James Version digunakan sebagai salinan dasar bagi pengajaran Alkitab mereka” (Segenap, h.321)

Dari kutipan ini kita mengerti bahwa memang pada awalnya SSY menggunakan Alkitab Kristen yang umum, namun perkembangan pemikiran dan keyakinan pendirinya yaitu Charles Taze Russel, menyebabkan banyak bagian Alkitab Kristen tidak dipercaya.

"Saksi-Saksi Yehuwa mengakui bahwa mereka berhutang budi kepada semua terjemahan Alkitab yang begitu banyak yang telah mereka gunakan dalam mempelajari kebenaran dari Firman Allah. Namun, semua terjemahan ini, bahkan yang paling akhir, mempunyai kekurangan-kekurangan. Ada ungkapan-ungkapan yang tidak konsisten atau tidak memuaskan, yang dicemari dengan tradisi-tradisi sekte atau filsafat-filsafat dunia dan karena itu tidak selaras benar dengan kebenaran-kebenaran suci yang telah Yehuwa catat dalam firman-Nya.” (Segenap, h.324)

Keragu-raguan atas Alkitab berdasar percaya diri yang berlebihan ini menyebabkan SSY merasa perlu untuk membuat sistem referensi dan apendiks yang berisi pengajaran yang telah dikembangkan, jadi Alkitab sekalipun merupakan terjemahan Kristen namun sudah dilengkapi dengan referensid an apendiks berisi pengajaran sebagai penuntun penyelidikan Alkitab. Buku pengarahan terutama diambil dari tulisan Russel berjudul ‘Studies in the Scripture’ (6 jilid, jilid ke-7 dilanjuutkan penerusnya, Rutherford). Pentingnya buku ini dapat dilihat dari berita majalah resmi Watchtower sebagai berikut:

"Orang yang hanya membaca kitab-kitab 'Penyelidikan Alkitab' dan tidak membaca satu halaman pun dari Alkitab sendiri akan tetap hidup dalam Terang selama 2 tahun, tetapi orang yang membaca kitab-kitab 'Penyelidikan Alkitab' selama 10 tahun dan mengira bahwa ia sekarang dapat membaca Alkitab tanpa buku 'Penyelidikan Alkitab', akan hidup dalam kegelapan sesudah 2 tahun." (Watchtower, 15 September 1910).
Pergeseran otoritas Alkitab kepada otoritas tulisan manusia telah terjadi dan kemudian terjadi pergeseran lebih lanjut.
“Pada tahun 1907 Lembaga Menara Pengawal menerbitkan Alkitab "Edisi Siswa-Siswa Alkitab." Buku ini berisi Alkitab King James Version dengan cetakan yang jelas dan memuat catatan pinggir yang baik sekali, serta apendiks berharga yang disusun oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Apendiks itu, yang kemudian diperluas menjadi lebih dari 550 halaman, disebut "Pedoman Guru Alkitab Berea," dan juga diterbitkan dalam bentuk buku yang terpisah. Ini berisi ke-terangan singkat mengenai banyak ayat Alkitab, dengan menunjuk kepada majalah Watchtower dan buku-buku pelajaran dari Lembaga, dan ringkasan topik-topik yang bersifat doktrin dengan ayat-ayat kunci untuk memudahkan penyampaiannya kepada orang lain.” (Segenap, h.323).

Keragu-raguan itu kemudian berkembang dengan berpaling kepada bentuk penerjemahan ‘kata-per-kata’ (linear) yaitu menerjemahkan setiap kata bahasa asli Alkitab dengan bahasa Inggeris di bawahnya, kemudian menyatukan terjemahan kata-per-kata itu hing-ga merupakan kalimat baru yang disesuaikan dengan pengajaran/ doktrin yang dikembangkan oleh para petinggi SSY.
HOLMAR LINEAR DAN THE EMPHATIC DIAGLOTT
Proses dimulainya pergeseran lebih lanjut dari terjemahan Alkitab Kristen adalah sebagai berikut:

“Pada tahun 1901 pengaturan dibuat untuk mencetak secara khusus Holmar Linear Bible, yang memuat catatan pinggir yang merupakan penjelasan dari publikasi-publikasi Lembaga Menara Pengawal dari tahun 1895 sampai tahun 1901. ... Pada tahun 1902 Lembaga Menara Pengawal menjadi pemilik hak cipta, penerbit tunggal, dan penyalur The Emphatic Diaglott. ... pada bulan Desember 1926, Alkitab The Emphatic Diaglott menjadi terjemahan Alkitab pertama yang dicetak oleh mesin cetak Lembaga sendiri di Brooklyn, New York." (Segenap, h.323)

The Emphatic Diaglott adalah karya Benyamin Wilson tokoh Christadelphian yang mempercayai ajaran yang kemudian mempengaruhi keyakinan Charles Taze Russel. Christadelphian dirintis John Thomas dari Inggeris yang berimigrasi ke Amerika pada tahun 1832. Aliran Christadelphian:

“tidak mengakui ajaran Tritunggal, yang ada hanya satu Allah saja. Yesus dipercaya bukan sebagai Anak Allah, tetapi sebagai manifestasi Roh Allah dalam diri manusia. Kristus baru ada setelah Yesus lahir, dan Yesus tidak dipercaya sebagai Tuhan. Roh Kudus hanya dipercaya sebagai alat kuasa yang keluar dari Allah Bapa. Iblis tidak berpribadi; ia hanya dianggap sebagai personifikasi dosa kedagingan. Kematian Yesus hanya merupakan ekspresi kasih Allah yang perlu dalam penebusan dosa; penebusan Yesus untuk menebus dosa manusia tidak dipercaya.” (lihat Dictionary of the Christian Church dibawah kata ‘Christadelphian).

Pergeseran dari terjemahan Alkitab yang tidak mengikuti kaidah bahasa terjadi dengan diterimanya terjemahan kata-per-kata Holmar Linear Bible dan The Emphatic Diaglott, maka langkah menuju Alkitab SSY yang memasukkan ajaran mereka sudah terbuka dan siap berkembang lebih lanjut.
THE NEW WORLD TRANSLATION

Setelah bergeser dari terjemahan tradisional atas Alkitab Kristen dilengkapi buku Penyelidikan Alkitab yang kemudian ajaran-ajarannya dimasukkan sebagai bagian teks, referensi dan apendiks, maka lengkaplah persiapan untuk membuat suatu versi Alkitab SSY yang mencakup semua usaha-usaha pergeseran yang telah dilakukan dengan diterbitkannya Kitab Suci ‘The New World Translation of the Holy Scriptures’ (NW).
“Pada ... 1950 ... Saksi-Saksi Yehuwa dengan sukacita menyambut diperkenalkannya New World Translation of the Christian Greek Scriptures. ... Panitia itu kemudian mulai melaksanakan pekerjaan besar yaitu menerjemahkan Kitab-Kitab Ibrani. Terjemahan ini muncul dalam lima jilid tambahan, diedarkan berurutan dari tahun 1953-1960. ... Suatu sistem referensi yang berantai juga terdapat di dalamnya. Rantai kata-kata doktrin yang penting ini dirancang untuk mengarahkan siswa kepada serangkaian ayat kunci mengenai pokok-pokok ini. ... Dalam musim panas tahun 1961 ... New World Translation of the Holy Scripture yang lengkap dalam satu jilid ringkas diperkenalkan untuk di-siarkan." (Segenap, h.324-325).
The New World Translation of the Holy Scriptures yang lengkap (PL+PB) diterbitkan tahun 1961 adalah revisi pertama dari edisi sebelumnya dan setelah direvisi keduakali pada tahun 1970, direvisi kembali pada tahun 1971, dan akhirnya direvisi secara menyeluruh menjadi edisi yang diterbitkan pada tahun 1984.
“Edisi yang baru ini bukan sekedar perhatian dari hasil terjemahan yang telah direvisi sebelumnya, tetapi telah diperluas sehingga mencakup penyesuaian dan revisi menyeluruh terhadap referensi pinggir (silang) yang sebelumnya telah disajikan dalam bahasa Inggeris pada tahun 1950 sampai 1960.” (KS-TDB,1999,h.5)
Dari sejarah ini kita melihat bahwa memang semula SSY menggunakan Alkitab Kristen (versi KJV) sebagai yang utama (dengan Yoh.1:1 menyebut 'The Word was God'), namun perkembangan keyakinan C.T. Russel yang dituliskan dalam 'Studies in the Scriptures' (Penyelidikan Alkitab) kemudian menjadi dasar yang utama sehingga dijadikan tambahan-tambahan yang dimasukkan ke dalam Alkitab dalam teks, catatan-catatan pinggir dan apendiks. Ini kemudian berujung dengan diterbitkan Kitab Suci versi SSY yang sudah mengandung ajaran SSY dengan referensi dan apendiks (dengan Yoh.1:1 menyebut 'The Word was a god'). Dalam edisi 1984 NW, ada lebih dari 125.000 referensi silang.
Kitab PB Terjemahan Dunia Baru dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dari ‘The New World Translation of Christian Greek Scriptures’ yaitu terjemahan bahasa Inggeris yang sudah diolah dan mengandung ajaran SSY. Terjemahan ini disebut ‘Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru’ terbit tahun 1994. Versi lengkap NW (PL+PB) dalam bahasa Inggeris The New World Translation of the Holy Scriptures (1984) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan pada tahun 1999 dengan nama Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru (KS-TDB). Jadi tidak langsung diterjemahkan dari naskah dalam bahasa aslinya seperti yang terjadi dalam terjemahan Alkitab Kristen ke dalam semua bahasa.
EXEGESE ATAU EISEGESE?
Jadi, semula SY menggali ajaran langsung dari Alkitab (exegese) namun perkembangan pemikiran tokoh-tokohnya (Studies in the Scripture, majalah Watch-tower dll.) kemudian menolak banyak ajaran Alkitab dan setelah mendapat pembenaran dari terjemahan kata-per-kata (Holmar Linear, dan Emphatic Diaglott yang digunakan aliran Christadelphian, menerbitkan ajaran sendiri yang dimasukkan dalam catatan pinggir dan appendiks. Proses berlanjut dan kemudian ajaran-ajaran itu dimasukkan juga ke dalam proses terjemahan teks Alkitab (eisegese).
Jadi, Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru bukan lagi merupakan terjemahan melainkan merupakan penafsiran (paraphrase) yang mengacu pada dasar pengajaran/doktrin SSY, bahkan setiap pembaca dituntun sedemikian rupa untuk mengerti Alkitab TDB (NW) ini melalui suatu 'sistem referensi' dan 'appendiks' yang mengajarkan doktrin SY di samping terbitan Watchtower lainnya yang menjadi buku pegangan.
Maka dapatlah dimengerti hasilnya adalah a.l. ayat-ayat seperti Yohanes 1:1 (Firman adalah 'suatu' allah), 'Tuhan' yang bila dikaitkan dengan Yesus dalam kemanusiaanya diterjemahkan 'Tuan', dan ungkapan banyak doktrin SY sendiri terutama untuk menyangkal ke'Allah'an Yesus, sesuatu yang selalu dikritik SY telah terjadi dalam proses penerjemahan Alkitab Kristen.
Istilah Kurios sekalipun bisa berarti ‘Tuan/tuan’ namun dalam pengertian bahasa Yunani yang mengacu pada Septuaginta artinya pada umumnya adalah ‘Tuhan’, karena itu cara KS-TDB versi SSY yang menerjemahkan secara pukul rata semua kata Kurios yang berkaitan dengan Yesus sebagai ‘Tuan/tuan’ adalah usaha memaksakan ajaran SSY dalam proses penerjemahan.
Sebagai contoh ucapan Thomas: “Tuhanku (kurios) dan Allahku (theos)” (Yoh.20:28, LAI-TB) diterjemahkan menjadi “Tuanku dan Allahku” (KS-TDB), padahal ucapan itu merupakan rumus iman yang mengacu pada ayat yang berbunyi: “Allahku (elohim) dan Tuhanku (adonai) ... ya TUHAN (yahweh) Allahku (elohim)” (Maz.35:23-24, LAI-TB) yang berarti sebutan Tuhan yang ditujukan kepada Yahweh. Ini oleh SSY diterjemahkan “Allahku, Yehuwa ... Yehuwa, Allahku” (KS-TDB).
Contoh ini menunjukkan dengan jelas bahwa ‘kurios’ (dalam PB) yang ditujukan Yesus dalam konteks kitab Mazmur ditujukan kepada Yahweh, namun selalu diterjemahkan oleh SSY menjadi Tuan/tuan, dan kalau itu dianggap ditujukan kepada Yahweh (PL) diterjemahkan ‘Yehuwa’ sekalipun bahasa aslinya menyebut ‘Tuhan’ (adonai) bukan nama diri ‘Yehuwa.’
Contoh lain adalah seruan Stefanus yang ditujukan kepada Tuhan Yesus yang dilihatnya di sorga yang berbunyi: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku ... Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” (Kis.7:59-60, LAI-TB). Ini diterjemahkan oleh SSY sebagai: “Tuan Yesus, terimalah rohku ... Yehuwa, jangan perhitungkan dosa ini atas mereka.” (KS-YDB)
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa kedua istilah ‘Kurios’ yang diucapkan oleh Stefanus itu ditujukan kepada Yesus sebagai ‘Tuhan’, namun oleh SSY, ayat pertama dianggap ditujukan kepada Yesus jadi diterjemahkan ‘Tuan’, sedangkan ayat kedua dianggap ditujukan kepada Yehuwa sehingga diterjemahkan dengan Yehuwa. Dua kesalahan terjadi di sini, yaitu bahwa sebutan ‘Tuhan’ yang ditujukan kepada Yesus pada ayat kedua dianggap ditujukan kepada Yehuwa dan istilah sebutan ‘Tuhan’ diganti dengan nama diri ‘Yehuwa.’ Dalam pengertian Alkitab, tidak seorangpun pernah melihat ‘Allah Bapa’ dan ungkapan ‘duduk di sebelah Allah Bapa’ jangan diartikan seakan-akan Yesus duduk berdua dengan Allah Bapa di sebelah kiriNya dan seseorang bisa berbicara kepada keduanya dengan menggunakan nama yang sama, melainkan suatu ungkapan lambang mengenai tempat yang terhormat.
Kedua contoh itu menunjukkan bahwa sekalipun SSY menjadikan Kitab Suci (TDB/NW) sebagai yang utama, Kitab Suci itu dalam kenyataannya adalah pelajaran doktrin SSY yang banyak isinya sudah direkayasa sedemikian rupa dan disesuaikan pengajaran SSY sehingga isinya menjadi berbeda dengan naskah aslinya yang digunakan sebagai dasar penerjemahan Alkitab Kristen.
KITAB SUCI TDB TIDAK SAMA DENGAN ALKITAB KRISTEN
Bila kita berjumpa dengan SSY, sebagai jalan pembuka, mereka biasa mengatakan bahwa Alkitab Kristen (LAI) sama dengan Alkitab SSY (NW/TDB), kecuali 7000 kata 'Yehuwa' yang telah dipulihkan sesuai naskah aslinya dalam bahasa asli Alkitab. Dari pembahasan di tas kita melihat bahwa Alkitab Kristen (LAI) tidak sama dengan Alkitab SSY (TDB/NW). Yang pertama (LAI) berusaha mencari terjemahan teks bahasa asli yang paling tepat, dan Alkitab terbuka untuk dipelajari oleh setiap umat Kristen secara langsung (exegese). Yang kedua sudah mengandung 'doktrin' SSY, baik melalui sistem terjemahan kata-per-kata maupun melalui sistem referensi dan apendiks (eisegese).
Beberapa contoh nyata kenyataan adanya proses ‘eisegese’ (memasukkan pengajaran dalam proses penerjemahan) dapat dilihat pada fakta-fakta berikut:
(1) Penggunaan nama Yehuwa (bhs. Ibrani) ke dalam Perjanjian Baru yang naskah aslinya dalam bahasa Yunani;
(2) Terjemahan Yoh.1:1 mengeai perubahan ‘Firman itu adalah Allah’ menjadi ‘Firman itu adalah suatu Allah’ yang tidak sesuai kaidah bahasa;
(3) Pengubahan terjemahan ‘Tuhan’ sebagai sebutan untuk Yesus dengan istilah ‘Tuan’ yang lebih lemah;
(4) Banyak contoh ayat yang telah diubah maknanya melalui terjemahan kata-per-kata;
(5) Terjemahan Dunia Baru bahasa Indonesia bukan terjemahan naskah asli bahasa Ibrani & Yunani, tapi terjemahan dari bahasa Inggeris NW.
Berbeda dengan Kitab Suci SSY yang diatur oleh kantor pusat di Brooklyn, New York, Alkitab Kristen terus terbuka terhadap penerjemahan teks bahasa asli yang paling tepat dan umat didorong membaca dan menggali sendiri pengertian ajaran langsung dari Alkitab itu. Teks Terjemahan Baru dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI-TB) diterima oleh Konperensi Waligereja Indonesia (Katolik), demikian juga aliran Baptis, Advent, Pentakosta, Kristen Protestan, semua menggunakan Alkitab yang sama. Adanya ayat-ayat pada catatan-kaki dalam Alkitab LAI bukanlah referensi untuk mengarahkan kepada ajaran tertentu, tetapi hanya menunjukkan adanya ayat-ayat paralel di bagian lain.
Perlu disadari bahwa Lembaga Alkitab Indonesia adalah anggota Lembaga Alkitab Sedunia yang memiliki ahli-ahli teologia, bahasa, antropologi dll. yang menjadi anggota tim penerjemah. Mereka diutus oleh banyak aliran gereja Kristen. Sekalipun demikian, setiap Lembaga Alkitab Nasional dalam menerjemahkan Alkitab ke bahasa setempat menggunakan naskah asli bahasa Ibrani (PL) dan Yunani (PB). Karena itu adalah tidak pantas kalau penerjemahan yang dilakukan kelompok sekte yang otoriter yang faktanya bukan terjemahan sesuai kaidah bahasa dijadikan pengukur kebenaran terjemahan yang mengacu pada naskah aslinya.

Saksi Yehuwa 2

PANDANGAN TENTANG ALKITAB
Saksi-Saksi Yehuwa (SY) menganggap bahwa Alkitab dari umat Kristen (terjemahan Indonesia diterbitkan Lembaga Alkitab Indonesia / LAI) salah terjemahannya, lebih-lebih terjemahan Katolik Roma 'Douay' yang diterjemahkan dari Vulgata sangat ditentang (dalam bahasa Indonesia diterbitkan oleh Lembaga Biblika Indonesia / LBI), karena itu SY merasa bertanggung jawab untuk menerjemahkannya menurut versi mereka sendiri.
SY mendasari Kitab Sucinya dari terjemahan Empathic Diaglott yang ditulis oleh Benyamin Wilson (1864) seorang tokoh Christadelphian. Diaglott artinya dua bahasa, cara kerjanya adalah dengan menulis terjemahan di bawah setiap kata bahasa asli Alkitab. Versi SY kemudian disebut sebagai 'The New World Translation' (NW). Terjemahan Perjanjian Baru diselesaikan pada tahun 1950 dan Perjanjian Lama pada tahun 1960, dan setelah direvisi, maka pada tahun 1961 diterbitkan secara lengkap. Edisi ini direvisi ulang pada tahun 1970 dan 1971 dan kemudian pada tahun 1984. Pada kata pengantar bahasa Inggeris edisi 1961 disebutkan:
"Secara jujur kami terdorong untuk menyebut bahwa, selagi masing-masing terjemahan lain itu mempunyai manfaatnya, mereka telah jatuh menjadi mangsa kuasa tradisi dalam berbagai tingkatan, konsekwesninya, tradisi agama, menjadi tua karena waktu, telah diterima sepenuhnya tanpa tersaingi dan tidak terselidiki. Hal-hal ini telah terjalin ke dalam terjemahan yang mewarnai pemikirannya. Untuk menunjang ajaran agama, hal-hal yang tidak konsisten dan tidak masuk akal telah dimasukkan dalam ajaran buku-buku yang diwahyukan. Anak Allah mengajar bahwa tradisi buatan manusia telah membuat hukum dan ajaran Allah tidak mempunyai kuasa dan pengaruh. Usaha dari panitia New World Bible Translation dimaksudkan untuk menghindarkan jerat tradisi agama." (terjemahan dari kata Pengantar 'The New Bible Translation of the Greek Scripture, 1961).
Edisi bahasa Indonesia kitab Perjanjian Baru disebut 'Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru' (DB-PB) terbit pada tahun 1994 dan edisi lengkap termasuk Perjanjian Lama diterbitkan pada tahun 1999 dengan nama 'Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru' (DB). SY mengemukakan bahwa terjemahan mereka bertitik tolak pada upaya meninjau kembali ayat demi ayat dan kata-kata di dalam ayat itu yang berpeluang dijadikan tafsiran sepihak oleh pendukung doktrin pengutip dari sumber yang asal-usulnya diragukan, dan ayat-ayat dan kata-kata itu diluruskan sesuai sumber a.l. dewan alkitabiah internasional, penemuan dari cambridge university dan dari kalangan anthropologi international yang mapan dan diakui.
Promosi di atas kelihatannya meyakinkan namun bila diselidiki ternyata sumber-sumber itu umumnya adalah dari kalangan SY sendiri atau dari sumber sepaham, sebab mereka mengatakan bahwa para ahli Alkitab dibalik terbitan Katolik (Lembaga Biblika Sedunia) dan Protestan (Lembaga Alkitab Sedunia) dianggap salah terjemahannya. Mengenai bagaimana SY biasa menafsirkan sejara textual dan harfiah untuk menerjemahkan dan menafsirkan Kitab Suci dan mendukung ajaran mereka dapat dilihat pada dua contoh berikut:
NAMA YEHUWA
Sekalipun mereka semula menyebut diri mereka sebagai 'Siswa-siswa Alkitab' dan penggunaan nama 'Saksi-Saksi Yehuwa' baru diresmikan pada tahun 1931, nama Yehuwa kemudian dianggap sebagai nama Tuhan satu-satunya dan digunakan dalam terjemahan DB dalam Perjanjian Lama (LAI menerjemahkan sebagai TUHAN), kemudian menerjemahkan 237 kata-kata 'Kurios' (Yunani) dalam Perjanjian Baru dengan nama Yehuwa pula (Apendiks 1, DB, hlm.2024-2025). Nama Yehuwa adalah nama Tuhan satu-satunya dari Tuhan yang esa karena itu tidak boleh diterjemahkan.
Sebenarnya pendapat SY yang mengatakan bahwa nama Yehuwa adalah nama pribadi Allah satu-satunya dan pertama kali muncul di Kejadian 2:4 tidak sesuai fakta sejarah, sebab hal itu didasarkan versi kanon Ibrani Massoret pada abad-1 yang sekarang umum dipakai yang sudah mengalami evolusi redaksional, padahal menurut penelitian sejarah, nama Allah semula adalah 'El' (yang menjadi Allah dalam bahasa Arab). Nama Yehuwa (tepatnya YHWH = tetragramaton) baru diperkenalkan kepada Musa di padang gurun (Keluaran 6:1-2), dan sekalipun nama YHWH sudah diperkenalkanpun dalam kitab para Nabi seperti Yesaya dan pada masa Pembuangan ke Babel, nama 'El' masih sering dipakai sebagai sinonim bahkan pengganti YHWH. Bandingkanlah ungkapan 'Yahweh Elohe Yisrael' (Keluaran 32:27;Yosua 8:30) dengan 'El Elohe Yisrael' (Kejadian 33:20;46:3) yang artinya 'Allahnya Israel adalah Yahweh/El.
Fanatisme nama YHWH bisa dilihat dalam klaim SY yang menganggap bahwa nama Yehuwa dalam Septuaginta (LXX, terjemahan PL Ibrani ke bahasa Yunani) juga tetap digunakan dan tidak ikut diterjemahkan. Sebagai argumentasi disebutkan bahwa telah ditemukan 18 fragmen naskah Septuaginta dari kitab Ulangan dimana nama YHWH masih tertulis (12 diantaranya dimuat gambarnya dalam 'Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru, Apendiks 1, 1994, h.410-411). Juga dianggap bahwa dalam PB pun nama Yahweh tetap dipakai, itulah sebabnya dalam 'Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru' disebutkan 237 nama Yehuwa pula dalam Perjanjian Baru.
Teori yang menyebutkan bahwa Septuaginta (bahasa Yunani) itu mengandung nama YHWH (bahasa Ibrani) berdasarkan 18 fragmen kitab Ulangan Septuaginta itu lemah sekali, soalnya fragmen itu sendiri mengungkapkan adanya rekayasa. Bila kita melihat dengan mata awam pun, gambar-gambar naskah itu jelas menunjukkan bahwa huruf-huruf YHWH diselipkan diatas bekas nama lama yang dihapus. Indikasinya: (1) Ada bekas huruf-huruf yang dihapus; (2) Jarak hapusan itu panjangnya sama dengan kata KURIOS (terjemahan YHWH dalam bahasa Yunani); (3) Kata YHWH yang ada disitu memiliki jarak spasi dengan huruf-huruf sebelum dan sesudahnya, padahal tulisan Yunani kuno tidak ada jarak antar katanya; (4) kepekatan tinta kata YHWH lebih tajam dari kata-kata kalimat menunjukkan penambahan lebih baru; (5) Huruf-huruf YHWH yang diselipkan itu memiliki font (bentuk dan ukuran) yang berbeda dan lebih kecil dari huruf-huruf Yunani dalam kalimat; (6) Perlu disadari bahwa kata Yunani ditulis dari kiri ke kanan sedangkan Ibrani dari kanan ke kiri; (7) dan kata YHWH yang diselipkan menyiratkan sudah ada tanda bacanya, sesuatu yang baru ada jauh sesudah masa penulisan Septuaginta. Kesimpulannya, nama 'Kurios' dalam naskah Ulangan itu diganti dengan tulisan YHWH oleh pengikut aliran Yahwisme (yang sangat meninggikan nama YHWH seperti SY).
Lalu adakah kata YHWH dalam PB? Kecuali terselip dalam kata 'Haleluya' (Yah dari YHWH, Wahyu 19:1,4), jelas tidak ada, karena PB ditulis sepenuhnya dalam bahasa Yunani dengan perkecualian beberapa kata Aram dan pada waktu penulisan PB, bahasa Ibrani adalah bahasa mati yang tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari. Ribuan naskah awal salinan PB ditemukan dan tidak ada yang dalam bahasa Ibrani. Memang dalam penjelasan gambar fragmen-fragmen di atas disebutkan pula bahwa Jerome (h.412) menulis bahwa Matius pernah menulis Injil dalam bahasa Ibrani, namun kita harus sadar bahwa dalam tulisan Jerome (misalnya juga 'Perang Yahudi' yang terkenal itu) yang dimaksudkan dengan 'bahasa Ibrani' adalah 'bahasa Aram' yang disebutnya 'lidahnya orang Ibrani', demikian juga terjemahan 'bahasa Ibrani' (biasa ditulis hebraisti atau hebraik dialekto) dalam Perjanjian Baru menunjuk pada 'bahasa Aram' yang kala itu dipakai oleh orang Yahudi Palestina.
"Bahasa ibu orang Yahudi Palestina di waktu itu adalah Aram. Sekalipun para Rabi dan Ahli-Kitab masih menggunakan bahasa Ibrani klasik Perjanjian Lama, untuk mayoritas umat, ini adalah bahasa mati. ... Barangkali karena rasa bangga yang keliru, dan kemungkinan besar karena tidak dapat membedakan ketepatan ilmiah, bahasa Aram secara populer disebut sebagai bahasa "Ibrani". ... Bahasa percakapan umum semitik orang Yahudi palestina pada waktu Yesus adalah Aram." (Bruce M. Metzger, The Language of the New Testament, dalam The Interpreters Bible, Vol.7, hlm.43).
Dari uraian Nama Yehuwa ini dapatlah kita melihat salah satu contoh bahwa apa yang terjadi dengan Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru bukanlah penderjemahan bahasa yang dimengerti secara benar (exegese), namun lebih banyak dilakukan dengan memasukkan suatu doktrin yang dipercayai ke dalam terjemahan itu (eisegese). Karena itu, adalah suatu hal yang berlebihan kalau terjemahan suatu kelompok sempalan mengganggap salah (dan mereka sendiri yang benar) terjemahan yang dihasilkan begitu banyak tim ahli dibalik penerjemahan yang dihasilkan Lembaga Alkitab Sedunia dan Lembaga Biblika Sedunia.
ALLAH ATAU SUATU ALLAH?
Salah satu penafsiran Saksi Yehuwa (SY) yang perlu diuji adalah soal penafsiran ayat Yohanes 1:1, dimana hasil terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia Terjemahan Baru (LAI-TB) berbeda dengan terjemahan SY 'Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru' (DB), yaitu di situ disebutkan:
"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah." (LAI-TB)
"Pada mulanya Firman itu ada, dan Firman itu bersama Allah, dan Firman itu adalah suatu allah." (DB)
Apakah memang terjemahan SY (DB) yang benar dan terjemahan Kristen (LAI) salah? Kita perlu menyadari bahwa terjemahan Kristen dalam bahasa apapun bunyinya begitu. Ataukah hal ini sekali lagi menunjukkan bagaimana SY memanipulasi terjemahan dan memasukkan ajaran SY yaitu 'anti-Tritunggal' ke dalam proses penerjemahan itu? Marilah kita simak!
Dari sumber-sumber Saksi Yehuwa sendiri, dalam uraiannya pada ayat Yohanes 1:1 dikemukakan argumentasi seperti dalam sumber buku dogmatika SY berikut:
"Ayat yang terakhir untuk dipertimbangkan dan dipergunakan membenarkan tritunggal ialah Yohanes 1:1: "Maka pada awal pertama adalah Kalam, dan Kalam itu bersama-sama dengan Allah, dan Kalam itulah Allah." Untuk menyingkirkan sesuatu yang rupa-rupanya menjadi pertentangan di sini marilah kita kutip salinan bahasa Gerika kata-demi-kata seperti diperlihatkannya diantara garis-garis bacaan dalam The Emphatic Diaglott. Bunyinya begini: "Sejak semula adalah Kalam itu, dan Kalam itu berada dengan Allah itu, dan suatu allahlah Kalam itu." Dalam hal ini "Allah" ditulis dengan kata "itu" dibelakangnya, sedangkan dalam kalimat pendek berikutnya, yaitu suatu allahlah Kalam itu," pembaca melihat bahwa "allah" ditulis dengan kata penunjuk yang tak tertentu "suatu" dihadapannya. Hal itu membuktikan, bahwa pembicaraan itu mengenai dua oknum yang bersama-sama, dan bukan dua oknum menjadi satu serta Allah yang sama." (Karena Allah Itu Benar Adanya, 1960, hlm.110-111. Disesuaikan dengan ejaan baru).
Hal yang lebih jelas juga disebutkan sebagai Apendiks dalam 'Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru' (DP-PB, 1994) sebagai berikut:
"Allah yang pada mulanya bersama-sama dengan Firman atau Logos, di sini dinyatakan dengan kata Yunani 'ho theos', yakni, theos namun didahului oleh kata sandang tertentu ho. Ini merupakan theos yang tertentu. ... Dalam teks Yunani terdapat banyak predikat berupa kata sandang tunggal tanpa kata sandang yang mendahului kata kerja. Sebagai contoh, lihat Markus 6:49;11:32;Yohanes 4:19;6:70; 8:44,48;9:17;10:1,13,33;12:6;18:37. Di tempat-tempat ini para penerjemah memasukkan kata sandang tidak tertentu "suatu atau seorang" [bahasa Inggeris "a"] sebelum kata benda yang merupakan predikat agar membuat jelas ciri atau sifat dari subyek yang bersangkutan. Karena dalam ayat-ayat demikian kata sandang tidak tertentu dimasukkan sebelum kata benda yang merupakan predikat, dengan alasan yang sama yang dapat dibenarkan, kata sandang tidak tertentu "suatu" dimasukkan sebelum theos tanpa kata sandang di dalam predikat dari Yohanes 1:1 sehingga tertulis "suatu allah". Kitab Suci mendukung kebenaran dari penerjemahan demikian." (DB-PB, 1994, hlm.414-415. Di sini juga dikutip beberapa kutipan terjemahan yang sama yang umumnya dari lingkungan SY sendiri).
Orang awam dengan membaca uraian demikian kelihatannya mudah terpengaruh pernyataan di atas yaitu bahwa bila didahului kata sandang tertentu (definitif, dhi 'ho' dalam bahasa Yunani) maka kata itu diterjemahkan tanpa kata 'sesuatu atau seseorang' dan menunjukkan identitas atau kepribadian, namun bila tidak didahului kata sandang 'ho' (seperti 12 ayat yang dicontohkan dalam kutipan kedua) maka harus diterjemahkan dengan tambahan 'sesuatu atau seseorang' sehingga dengan contoh yang sama maka 'theos' tanpa kata sandang 'ho' dalam Yohanes 1:1 harus diterjemahkan sebagai 'suatu allah.' Benarkah argumentasi demikian?
Sebenarnya argumentasi ini menunjukkan kembali suatu rekayasa untuk menurunkan derajat Yesus agar bukan sebagai Allah namun hanya sekedar 'suatu allah'. Bila kita membaca bahasa Yunani sebagai teks asli ayat-ayat tersebut, kata sandang tertentu (definitif) yang digunakan dalam ayat itu bukanlah 'ho' (nominatif) namun 'ton' (akusatif), atau lengkapnya Yohanes 1:1 dalam bahasa aslinya Yunani dieja: "en arche en ho logos en pros ton theon kai theos en ho logos." Theos kedua memang tidak diberi kata sandang 'ton' (akusatif) seperti theos yang pertama, namun apakah itu berarti bahwa semua kata benda yang tidak diberi kata sandang tertentu (definite article) harus diterjemahkan dengan tambahan 'suatu atau seorang'?
Kalau argumentasi ini kita ikuti maka dalam 18 ayat pertama dari teks Yohanes 1 saja kita dapat menemukan adanya 6 kata 'theos' yang juga tidak didahului kata sandang definitif 'ton' (akusatif) yaitu ayat-ayat Yohanes 1:1,6,12,13, dan dua kali dalam ayat 18. Ayat 1 menunjuk pada Yesus dan 5 ayat lainnya menunjuk pada 'theos' Yehuwa. Maka bila argumentasi SY kita ikuti maka terjemahan ke-6 ayat itu bisa berbunyi:
"Pada mulanya Firman itu ada, dan Firman itu bersama Allah, dan Firman itu adalah SUATU Allah." (ayat 1, DB, 1999).
"Datanglah seorang yang diutus SUATU Allah, namanya Yohanes." (ayat 6).
"Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak SUATU Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya." (ayat 12).
"orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari SUATU Allah." (ayat 13).
"Tidak seorangpun yang pernah melihat SUATU Allah; tetapi Anak Tunggal SUATU Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya." (ayat 18).
Beginilah jadinya terjemahannya (dengan menambahkan kata SUATU) bila kita mengikuti argumentasi SY. Allah hanya SUATU dan Yehuwa hanya SUATU Allah dan bukannya pribadi dan identitas yang jelas! Pandangan SY sendiri dengan demikian tidak sesuai dengan konsep kemahatunggalan Allah yang dipercayainya, sebab bila dalam seluruh Alkitab disebutkan bahwa 'Hanya ada satu Tuhan' (Yesaya 43:11;Yohanes 17:3;1-Korintus 8:4-6) dan tidak ada Tuhan lain, maka dengan menganggap Yesus adalah 'SUATU Allah,' berarti SY mempercayai politheisme (banyak allah), ini bahkan bertentangan dengan hukum utama "Jangan ada allah lain" (Keluaran 20:3) yang sangat dibela SY.
Pembahasan ini kembali menunjukkan bagaimana Saksi Yehuwa memanipulasi penerjemahan Alkitab dengan argumentasi yang direkayasa dan tidak konsisten, agar terjadilah HASIL terjemahan yang mendukung keyakinan mereka bahwa tidak ada pengajaran 'Tritunggal,' bahkan dirasa perlu penafsiran Yohanes 1:1 dicetak sebagai Apendiks dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru.
Kita dapat melihat bahwa sekalipun buku-buku SY penuh dengan data-data acuan dan Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru edisi 1999 penuh dengan ayat-ayat referensi (di kolom tengah), kenyataannya umumnya penafsiran mereka didasarkan pada ayat-ayat tertentu yang dimengerti secara tekstual dan harfiah (yang terjemahannya meragukan) yang bila dimengerti secara kontekstual bisa berarti lain. Karena itu, mereka yang benar-benar mencari kebenaran perlu mendalami Alkitab dengan benar secara hermeneutis dan kontekstual.

Saksi Yehuwa 1

Saksi Yehuwa (SY, Jehovah Witnesses) adalah aliran agama yang sering secara terbuka mengaku sebagai ‘Siswa-Siswa Alkitab’ namun juga sering mengaku sebagai Kristen (namun ajarannya bersifat antitesa terhadap kekristenan) dan cenderung berpraktek melalui kunjungan dari rumah-ke-rumah, dan sekalipun SY menyiarkan keyakinan mereka juga pada penganut agama lain, misi mereka memang diutamakan mendatangi umat Kristen yang sudah bergereja. Karena perilaku mereka yang cukup rajin mendatangi orang-orang di rumah mereka dan telah menimbulkan keresahan di kalangan umat beragama umumnya karena praktek kunjungan-kunjungan ke rumah-rumah masyrakat yang sudah beragama dan juga melakukan antitesa terhadap beberapa aspek pemerintahan, pada tahun 1976 melalui SK Jaksa Agung R.I., kegiatan SY dilarang. Melalui SK Jaksa Agung RI pula, pada tanggal 1 Juni 2001, SK tahun 1976 itu dicabut.

Prakteknya, SY sekalipun secara resmi dilarang kala itu, kegiatan mereka berjalan terus apalagi kegiatannya kurang kelihatan sebagai organisasi yang memiliki 'gedung pertemuan' dan SY lebih aktip dalam siar agamanya melalui pendekatan pribadi dengan kunjungan kerumah-rumah, apalagi di era reformasi dan keterbukaan sekarang, dapat dimaklumi kalau larangan demikian menjadi kurang efektif. Faktanya, mereka terus aktif mengadakan pertemuan-pertemuan di gedung-gedung pertemuan umum bahkan menurut 'Buku Kegiatan 1997' (hal.29-30) yang mereka terbitkan, disebutkan bahwa pada tanggal 19 Juli 1996 telah dibuka cabang Indonesia berupa gedung yang dipergunakan bukan saja sebagai tempat pertemuan dan kantor pusat kegiatan tetapi juga percetakan.

Memang dalam era reformasi dengan demokrasinya, dan bebasnya informasi melalui internet, sudah bukan masanya kalau umat Kristen menolak kehadiran mereka secara resmi karena itu melanggar HAM tentunya, tetapi umat Kristen dengan institusinya tentu tepat bila menolak mereka sebagai bagian agama Kristen karena mereka menolak Yesus sebagai Tuhan dan Kristus yang bangkit dan menolak Alkitab Kristen sebagai firman Allah, jadi berbeda dengan kekristenan secara umum.

PENDIRI SAKSI YEHUWA

SY didirikan oleh Charles Tase Russel (1852-1916) yang semula adalah anggota gereja Presbyterian kemudian terpengaruh Adventisme soal ajaran Akhir Zaman dan ajaran Christadelphian yang berbeda dengan ajaran Kristen yang umum, pada tahun 1870 merasa memperoleh wahyu untuk menyingkapkan rahasia-rahasia Alkitab dan pada tahun 1872 membentuk kelompok pemahaman Alkitab. Setelah Russel meninggal (1916) ia digantikan oleh Joseph Franklin Rutherford, dan pada tahun 1942 digantikan oleh Nathan Homer Knorr, menyusul tahun 1977 oleh Frederick W. Franz. Setelah kematian Franz (1992) Milton G. Henzel memerintah sampai sekarang. Tokoh-tokoh pemimpin ini dianggap sebagai nabi.

Ajaran SY bukanlah merupakan exegese dari Alkitab tetapi lebih merupakan ajaran para tokohnya. Buku utama mereka bukan Alkitab tetapi buku karya Russel berjudul 'Studies in the Scripture' (Penyelidikan Alkitab) yang dinilai lebih berotoritas dari Alkitab sendiri. Saksi Yehuwa merupakan organisasi teokratis yang menekankan keterlibatan semua anggotanya dalam siar agama, sedang nama Saksi Yehuwa adalah nama yang baru di kemudian hari ditahun 1931 dipakai, 52 tahun setelah SY berdiri, yang diambil dari ayat-ayat Yesaya 43:10-12

SY sangat aktif dalam siaran radio disamping kunjungan-kunjungan ke rumah-rumah, dan terutama propaganda literatur sangat tekankan. Banyak buku-buku propaganda telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan dicetak dengan harga murah tetapi dengan kualitas yang baik dan berwarna. Buletin SY berjudul 'Menara Pengawal' dan 'Sedarlah' sangat menarik karena dikemas begitu indah dan berisi masalah-masalah yang hangat dihadapi manusia modern. Disamping itu traktat-traktat berwarna banyak dicetak dan disebar luaskan.

Biasanya tema promosi literatur SY berkisar soal penderitaan di bumi dan bahwa baik pemerintah maupun agama-agama tidak berhasil mengatasinya, dan hanya para Saksi Yehuwalah yang bisa menawarkan jalan keluar menuju firdaus yang kekal. Literatur SY bersifat menyalahkan pemerintah-pemerintah maupun agama-agama secara umum terutama agama Katolik, dan dengan penjelasan para penyiar agama yang meyakinkan tentu saja banyak orang menjadi tertarik, apalagi bila yang bersangkutan sedang mengalami masalah dengan gereja yang diikutinya.

SOAL ALKITAB

Bagi SY Alkitab terjemahan Kristen dan lebih-lebih Katolik semuanya salah dan hanya terjemahan SY yang diberi nama 'Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru' (DB/New World Translation/NW) lah yang benar. Terjemahan NW mengikuti terjemahan 'Empathic Diaglot' yang diterjemahkan oleh Benyamin Wilson, seorang tokoh Christadelphian (1864), yaitu dengan cara menterjemahkan tiap kata Ibrani (PL) dan Yunani (PB) (bahasa asli Alkitab) dibawahnya dan menafsirkannya.

“Untuk menyingkirkan sesuatu yang rupa-rupanya menjadi pertentangan di sini marilah kita kutip salinan bahasa Gerika kata-demi-kata seperti diperlihatkannya diantara garis-garis bacaan dalam The Emphatic Diaglott.” (Karena Allah Itu Benar Adanya, 1960, hlm.110. Disesuaikan dengan ejaan baru).

Tentu saja tafsiran harfiah kata-per-kata dengan urutan demikian yang tidak mengikuti prinsip-prinsip penerjemahan dan tatabahasa, jelas menghasilkan teks yang bisa diartikan berbeda dengan penafsrian umumnya di kalangan Kristen & Katolik. Apalagi dengan adanya asumsi dogmatis bahwa semua terjemahan Kristen & Katolik adalah salah dan terjemahan SY-lah yang benar, tentu sulit untuk membandingkan mana terjemahan yang benar, apalagi sudah menjadi kenyataan, bahwa para penulis ‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru’ bukanlah ahli-ahli yang menguasai bahasa Ibrani dan Yunani secara akademis karena mereka menolak belajar teologi formal. Faktanya Alkitab NW bukanlah terjemahan tetapi lebih merupakan tafsiran (paraphrase) untuk mendukung keyakinan Saksi Yehuwa.

Dalam literatur SY dikemukakan alasan bahwa terjemahan mereka bertitik tolak pada upaya meninjau kembali ayat demi ayat dan kata-kata di dalam ayat itu yang berpeluang dijadikan tafsiran sepihak oleh pendukung doktrin pengutip dari sumber yang asal-usulnya diragukan, dan ayat-ayat dan kata-kata itu diluruskan sesuai sumber a.l. dewan alkitabiah internasional, penemuan dari cambridge university dan dari kalangan anthropologi international yang mapan dan diakui. Posisi demikian kelihatannya meyakinkan namun bila diselidiki ternyata sumber-sumber itu umumnya adalah kalangan SY sendiri sebab mereka mengatakan bahwa Alkitab terbitan Katolik (Lembaga Biblika Sedunia) dan Protestan (Lembaga Alkitab Sedunia) dianggap salah terjemahannya. Mengenai bagaimana SY biasa menafsirkan secara tekstual dan harfiah untuk mendukung ajaran mereka dapat dibaca dalam artikel sambungan ini.

AJARAN TENTANG ALLAH

Bagi SY, Dunia diperintah Allah yang bernama Yehuwa yang kekal dan esa dan memerintah secara teokratis dan di bumi diwakili oleh pemerintahan 'Saksi-Saksi Yehuwa.' Yesus bukanlah Allah melainkan titisan malaikat Mikhael yang adalah ciptaan yang sulung dan kemudian disetarakan dengan Allah (a god). Dengan pimpinan Yesus, Lucifer dengan kerajaan dunianya akan dibinasakan dan Yesus mendirikan kerajaan teokratis di bumi. Yesus diramalkan datang tahun 1914 dan disusul kerajaan 1000 tahun. Dibawah Rutherford yang keluar dari penjaran tahun 1919, dalam pertemuan SY disebutkan bahwa "pemerintah-pemerintah dunia maupun organisasi gereja adalah alat iblis."

Pada saat kedatangan Yesus akan terjadi perang Armagedon yang merupakan perang terakhir antara Allah dan Iblis dan organisasi-organisasinya termasuk agama, gereja dan negara. Mereka yang menolak ajaran Saksi Yehuwa akan dimusnakan bersama Iblis dan kerajaan dunianya, dan mereka yang menerima akan memperoleh hak sebagai bagian 144.000 umat pilihan dalam Firdaus yang kekal dan sisanya akan menempati kerajaan teokratis di bumi. Ketika tahun 1914 Yesus tidak datang maka diramalkan kembali tahun-tahun 1918, 1921, 1925, 1941, 1975 dan 1992, tetapi semuanya merupakan nubuatan kosong. (Pokok masalah perhitungan mereka adalah dipaksakannya tahun 606/7SM sebagai tahun pembuangan umat Israel, tahun yang tidak ada dasar historisnya, faktanya sejarah adalah tahun 587SM).

Roh Kudus hanya dianggap 'kekuatan/daya Allah saja' jadi bukan pribadi, dan sekalipun rumus pembaptisan Amanat Agung (Matius 28:19) menyebut tiga nama, namun ditulis dengan nama 'Bapak dan Putra dan rohkudus' (roh dengan huruf kecil). Jadi karena Putra (Yesus) adalah mahluk ciptaan yang sulung (Mikhael) dan rohkudus hanya kekuatan saja maka hanya ada satu Allah tunggal yaitu yang bernama Yehuwa.

SY sangat alergi dengan pengajaran soal 'Allah Tritunggal' yang dianggapnya berasal dari kepercayaan bangsa-bangsa Babil dan Mesir dan bangsa-bangsa lain yang mempercayai dewa-dewa pada zaman dahulu kala, dan bahwa pencipta pengajaran tritunggal itu adalah Setan (Karena Allah itu Benar Adanya', hlm.105). Untuk menunjang hal ini maka ayat-ayat mengenai 'Yesus yang adalah Tuhan' ditafsirkan bahwa Yesus hanyalah suatu Ilah seperti ayat Yohanes 1:1. (Uraian ayat ini akan dibahas pada sambungan artikel ini).

HIDUP MANUSIA & KESELAMATAN

Bagi SY, manusia adalah jiwa sebagai gabungan debu tanah dan nafas Allah dan hakekatnya sama dengan binatang pada umumnya. Bila manusia mati, maka jiwa itu mati bersamanya, jadi tidak dipercayai adanya kehidupan yang kekal, kecuali para penganut SY yang dipilih menjadi bagian Firdaus maupun kerajaan teokratis di bumi. Kematian di dunia adalah dimasukinya status 'tidur rohani' yang menunggu hari penghakiman.

Penebusan Yesus Kristus di kayu salib ditolak oleh SY. Yesus mati di tiang siksaan dan kemudian mati dan dibangkitkan dalam roh saja. Penebusan darah Yesus ditolak dan manusia untuk menyelamatkan diri harus dicapai dengan amal baik dan dengan menjadi SY yang menyiarkan ajaran SY untuk memperoleh status hidup kekal dalam kerajaan teokratis atau akan dimusnahkan. Ajaran tentang dosa, pertobatan, pengampunan, kasih, dan darah Kristus dalam penebusan dosa diabaikan. Hakekat neraka tidak dipercayai apalagi sebagai siksaan yang kekal. Hanya ada dua pilihan di akhirat, hidup kekal dalam kerajaan teokratis bersama Yehuwa atau dimusnahkan habis.

PERJUMPAAN DENGAN SAKSI-SAKSI YEHUWA

Dalam konteks Indonesia yang memasuki alam reformasi dan keterbukaan dan dengan adanya kemajuan media internet, maka interaksi dengan Saksi-Saksi Yehuwa tidak lagi terhindarkan. Pelarangan secara resmi tidak menjamin hilangnya para penganut SY dan usaha mereka dalam menyiarkan agama itu apalagi setelah sekarang diizinkan kembali beroperasi secara resmi. Karena itu, yang diperlukan bagi umat Kristen adalah kesiapan mereka dalam bersenjatakan senjata-senjata rohani dan mengetahui bagaimana cara-cara para SY dalam mendekati seseorang.

Biasanya dalam menyiarkan agama mereka di kalangan Kristen, mereka meminta izin masuk ke rumah dan berkenalan dengan pemilik rumah. Kemudian mereka mengajak berdiskusi mengenai masalah dunia dan ajaran Kristen. Awalnya memang mereka mengajak agar dibukakan Alkitab terjemahan Kristen (LAI), kemudian menafsirkan beberapa ayat-ayat tertentu di luar konteks dan yang ditafsirkan menurut terjemahan dan ajaran mereka yaitu ‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru.’

Bila seseorang tertarik, mereka diajak untuk mengikuti 'Persekutuan Wilayah' dan bila makin teruji kesetiannya, mereka diajak bergabung dalam 'Balai Kerajaan'. Disini dengan pertemuan-pertemuan marathon beberapa kali seminggu, mereka dipersiapkan sebagai Saksi-Saksi Yehuwa yang dewasa dan siap untuk mendidik orang lain pula. Mereka juga dilatih untuk mengajarkan ajaran SY kepada orang lain. Dapat dimaklumi mengapa para SY bersikap militan yaitu karena diberi peran yang besar sesuai dengan harga diri masing-masing. Bila dalam Balai Kerajaan mereka sudah teruji kesetiaannya barulah mereka dibaptis dengan cara diselam dan pada taraf ini mereka sudah tidak lagi bisa diubah pandangan imannya. Perjamuan Suci tidak diberlakukan sebagai sakramen persekutuan iman tetapi dirayakan setahun sekali sekedar sebagai peringatan kematian Yesus. Kebangkitan Yesus dalam daging tidak dipercaya mereka.

Para SY yang datang kerumah-rumah adalah mereka yang terdidik secara disiplin dan dibekali kemampuan berdebat yang luar biasa, karena itu biasanya umat Kristen (apalagi yang awam) akan sangat sukar melayani, dan bila mereka tidak mampu melayani perdebatan itu kemungkinan terbuka akan tertarik ajaran tersebut. Karena SY dilatih begitu intensip maka dalam berdiskusi mereka sudah biasa menghadapi pertanyaan dan menguasai materi pembicaraan, karena itu umat Kristen harus berhati-hati untuk masuk dalam percakapan dengan mereka, apalagi bila anggota SY yang datang kalah dalam berdiskusi, biasanya anggota yang lain yang lebih matang dan senior akan datang sampai lawan bicaranya kalah.

Cara yang terbaik yang dapat dilakukan oleh umat Kristen adalah membekali diri dengan senjata-senjata rohani yang diperlukan (Efs.6:10-20) seperti Iman, Firman yang adalah pedang Roh, kebenaran, keadilan, doa & berjaga-jaga, dan kesediaan memberitakan Injil. Sekalipun demikian bila belum benar-benar menguasai firman Tuhan ada baiknya menghindari perdebatan dengan SY. Justru karena menghadapi serangan yang gencar seharusnya umat Kristen terus dengar-dengaran akan firman Tuhan dan belajar untuk mengerti firman Tuhan dengan mendalam sehingga ia dapat menangkis panah-panah api yang diarahkan kepadanya.

ALIRAN KULTUS (CULT)

Saksi Yehuwa hanyalah salah satu aliran 'kultus' (cult) yang bekerja di sekitar kekristenan, tetapi kita harus sadar bahwa dalam era reformasi dan keterbukaaan yang didukung oleh kebebasan internet, maka umat Kristen akan berhadapan dengan begitu banyak aliran kultus yang baru yang ada yang ringan tetapi ada juga yang berat bahkan membius. Karena itu tidak ada cara lain dari umat Kristen yang harus ditempuh kecuali hidup sebagai anak Tuhan yang taat akan firman Tuhan, rajin berbakti dan bersekutu, dan rajin berdoa sambil berjaga, dengan sikap demikian diharapkan ajaran-ajaran kultus tidak sampai mempengaruhi iman kita yang mula-mula.

Aliran-aliran kultus diawal abad ke-XXI ini sangat bervariasi, ada yang ringan yang ingin memurnikan ajaran Kristen dan makin mendekati kekristenan Alkitabiah (Advent), ada yang fanatik (Mormon & Saksi Yehuwa), dan bahkan ada yang rela mati bersama-sama mengikuti pimpinan mereka (Jim Jones & Kenisah Matahari), berani berperang (David Koresj), bahkan berani membunuh orang-orang secara massal demi keyakinan mereka akan Armagedon (Aum Shrinkiyo). Beberapa ciri aliran kultus (cult) yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut:

(1) Aliran kultus berkisar pada ajaran tokoh-tokoh yang dikultuskan yang dianggap sebagai nabi atau messias, dan biasanya ucapan dan perilakunya diikuti oleh para pengikutnya dengan fanatik tanpa reserve menggantikan peran Yesus Kristus. (SY mengkultuskan Charles Tase Russel dan tulisannya ‘Studies in Scriptures);

(2) Aliran kultus biasanya bersikap eksklusif, bahwa merekalah umat pilihan yang benar dan semua agama terutama Kristen adalah sesat. Karena itu mereka mengecam gereja-gereja yang resmi yang disebut 'Susunan Kristen.' Dalam hal SY merekalah yang dianggap termasuk kerajaan Theokratis;

(3) Adanya semangat akan Akhir Zaman yang luar biasa, dan seperti SY sekalipun jelas ramalan-ramalan para tokohnya selalu terbukti keliru, fanatisme itu tetap eksis;

(4) Biasanya aliran kultus memiliki 'Kitab' suci ucapan dan tulisan para tokohnya yang dianggap lebih berotoritas daripada Alkitab Kristen. SY memiliki ‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru’ dan ‘buku karya Charles Tase Russel (Setelah Russel meninggal diselesaikan Rutheford) berjudul ‘Studies in Scriptures.’;

(5) Jalan Keselamatan dalam Kristus di tolak dan biasanya ditambah-tambahi dengan 'taurat baru' apakah itu dalam bentuk memelihara hari Sabat, vegetarian, hukum Taurat, amal baik, atau dalam kasus SY menjadi penyiar agama SY;

(6) Tetapi, ada satu hal menarik yang tidak bersifat prinsip tetapi efektif adalah 'peran kaum awam yang aktif' dalam ikut serta menyiarkan keyakinan mereka. SY melakukan kunjungan ke rumah-rumah penduduk;

(7) Dan, tidak dapat disangkal bahwa aliran-aliran kultus sangat menekankan pelayanan melalui literatur, yaitu traktat-traktat, buku, majalah maupun brosur-brosur dan disamping itu mereka gencar melakukan siar agama melalui internet. SY paling menonjol dalam hal ini.

Dikeluarkannya SK pencabutan larangan akan beroperasinya aliran Saksi Yehuwa tentu tidak perlu dikuatirkan oleh umat Kristen karena itu sejalan dengan demokrasi yang dijalankan pemerintahan Gus Dur, namun pencabutan SK itu jelas akan berdampak makin bebasnya mereka mengunjungi rumah-rumah semua orang dari agama apapun karena memang misi mereka demikian, namun dibalik itu masyarakat Indonesia menjadi tahu secara terbuka bahwa kalau selama ini mereka yang sering keluar-masuk rumah penduduk dijadikan stigma sebagai 'misi penginjilan Kristen' sekarang dengan terang masyarakat akan tahu bahwa itu adalah para 'Saksi-Saksi Yehuwa', yang juga mendatangi rumah umat Kristen sekalipun mereka mengaku sebagai 'Kristen' juga. Dalam buku doktrin mereka disebutkan:

"Sekarang ini mereka gemar akan melakukan kewajiban yang diletakkan di atas pundak tiap-tiap orang Kristen sejati, yaitu menyiarkan kabar kesukaan mengenai kerajaan Allah. Dengan segala suka hati mereka pergi, dari rumah ke rumah, di jalan-jalan besar, dan di tempat-tempat pertemuan umum memberitakan jalan Allah menuju ke arah hidup kepada umat Katolik, Protestan, Yahudi dan orang-orang penganut kepercayaan agama lain, atau yang tak beragama sama sekali" (Karena Allah Itu Benar Adanya, hlm.257-258).

Semoga beberapa catatan ini bisa dijadikan bekal dalam perjumpaan kita dengan aliran-aliran kultus yang akhir-akhir ini dengan rajin menyiarkan keyakinan mereka kepada masyarakat umum khususnya umat Kristen di Indonesia. Mereka yang ingin informasi lebih lengkap bacalah 'SAKSI-SAKSI YEHUWA, siapa dan bagaimana mereka?’ (Yayasan Kalam Hidup, 1999, cetakan ke-4).

03 Oktober 2007

Doktrin-doktrin Esensial Kekristenan

Alkitab sendiri telah mengungkapkan doktrin-doktrin yang esensial dari iman Kekristenan. Doktrin-doktrin itu adalah:
Ketuhanan Kristus,
Penyelamatan oleh anugerah,
Kebangkitan Kristus, dan
Injil.Inilah doktrin-doktrin yang dikatakan Alkitab sebagai yang penting. Meskipun masih ada banyak doktrin lain yang juga penting, hanya keempat ini yang dikemukakan oleh Alkitab sebagai yang esensial. Seorang yang tidak lahir baru, atau penganut kultus (mis., Mormon atau Saksi Yehovah), akan menolak satu atau lebih doktrin esensial ini. Mohon diperhatikan bahwa ada doktrin-doktrin turunan dari Alkitab yang juga penting, misalnya tentang Trinitas.
Ke-Tuhan-an Kristus
Yesus adalah Allah dalam daging manusia (Yohanes 8:58 dan Keluaran 3:14). Lihat juga Yohanes 1:1,14; 10:30-33; 20:28; Kolose 2:9; Filipi 2:5-8; Ibrani 1:81 Yohanes 4:2-3: "Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia."
Ayat di atas perlu di referensi silangkan dengan Yohanes 1:1,14 (yang juga ditulis oleh Yohanes) dimana ia menulis bahwa Firman itu adalah Allah dan Firman itu telah menjadi manusia.1 Yohanes 4:2-3 mengatakan bahwa jika kamu menolak bahwa Yesus adalah Allah dalam daging manusia berarti anda berasal dari roh antikristus.
Yohanes 8:24, "Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalamdosamu."
Yesus mengatakan di sini bahwa jika anda tidak percaya bahwa "Akulah Dia" anda akan mati dalam dosa-dosamu. Dalam bahasa Yunaninya frasa ini adalah 'ego eimi,' yang berarti 'Aku adalah Aku.' Kata-kata yang sama dengan yang dipakai dalam Yohanes 8:58 ketika Yesus berkata"...sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Ia mengklaim gelar Ketuhanan dengan mengutip Keluaran 3:14 dalam Septuaginta Yunani. (Septuaginta adalah Perjanjian Lama yang diterjemahkan dalam Bahasa Yunani.)
Yesus adalah objek yang benar bagi iman.
Tidak cukup hanya mempunyai iman. Iman itu valid atau tidaknya tergantung objek imannya. Anda harus memiliki objek iman yang benar. Kultus-kultus memiliki objek yang keliru untuk iman mereka; karenanya, iman mereka sia-sia--tidak peduli setulus apa pun iman mereka.Jika anda menjadikan sebuah penyedot debu sebagai objek iman anda, maka anda akan mempunyai masalah ketika hari penghakiman tiba. Anda mungkin punya iman yang luar biasa, lalu? Imanmu itu terhadap sesuatu yang tidak dapat menyelamatkan anda.
Doktrin Ketuhanan Kristus meliputi:
Trinitas - Ada satu Allah dengan tiga pribadi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Ketiganya kekal, dan memiliki satu natur yang sama.
Monotheisme - Hanya ada satu Allah (Yesaya 43:10; 44:6,8; 45:5,14,18,21,22; 46:9; 47:8). Kaum Mormon percaya ada banyak allah meskipun mereka hanya menyembah salah satunya. Karenanya, mereka adalah polytheist yang membuat mereka harus keluar dari keanggotaan Kekristenan.
Hypostatic Union - Bahwa Yesus adalah Allah sekaligus manusia.
Kecukupan pengorbanan Kristus - Pengorbanan Kristus memadai untuk membayar dosa dunia. Sebagai Allah - Yesus haruslah Allah untuk dapat memberikan pengorbanan yang nilainya melebihi manusia.Ia harus mati bagi dosa dunia (1 Yohanes 2:2). Hanya Allah yang sanggup melakukannya.Sebagai manusia - Yesus haruslah seorang manusia untuk dapat berkorban bagi manusia.Sebagai manusia Ia dapat menjadi pengantara antara kita dan Allah (1 Timotius 2:5).
Keselamatan Oleh Anugrah
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,-- itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri" (Efesus 2:8-9)."Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia." (Galatia 5:4).Ayat ini terang-terangan mengajarkan bahwa jika anda percaya bahwa anda diselamatkan oleh karena iman dan usaha-usaha anda maka anda sama sekali tidak diselamatkan. Inilah kekeliruan yang umum diterima oleh kultus. Karena mereka memiliki Yesus yang palsu, mereka jadi memiliki doktrin keselamatan yang palsu. (Bacalah Roma 3-5 dan Galatia 3-5).
Anda tidak dapat menambah-nambahi pekerjaan Allah.Galatia 2:21 mengatakan, "Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.""Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan dihadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa." (Roma 3:20)."Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran." (Roma 4:5).
"Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat." (Galatia 3:21).
Kebangkitan Kristus.
"Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu." (1 Korintus 15:14). "Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu." (1 Korintus 15:17).
Menolak kebangkitan fisik dari Kristus berarti menolak karya-Nya, pengorbanan-Nya, dan kebangkitan kita sendiri.Ayat-ayat di atas dengan terang-terangan menyatakan bahwa jika anda mengatakan bahwa Yesus tidak bangkit dari kematian (dalam tubuh yang sama dengan tubuh kematian-Nya -- Yohanes 2:19-21), maka sia-sialah iman anda.
Injil
"Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia." (Galatia 1:8-9).
Ayat 8 dan 9 di Galatia ini menyatakan bahwa anda harus percaya kepada injil. Pesan injil yang keseluruhannya adalah Yesus adalah Allah dalam daging manusia, yang mati bagi dosa-dosa kita, bangkit dari kematian, dan secara bebas memberikan anugrah hidup abadi kepada siapa saja yang percaya.
Lebih jauh lagi, tidak mungkin untuk mempresentasikan injil secara benar tanpa mendeklarasikan bahwa Yesus adalah Allah dalam daging manusia seperti yangtertulis pada Yohanes 1:1,14 ; 10:30-33; 20:28; Kolose 2:9; Filipi 2:5-8; Ibrani 1:8.
1 Korintus 15:1-4 mendefinisikan injil sebagai: "Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamukecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;".
Dalam ayat-ayat di atas yang esensial adalah: Kristus adalah Allah dalam daging manusia (Yohanes 1:1,14; 10:30-33; 20:28; Kolose 2:9); Keselamatan itu diterima melalui iman (Yohanes 1:12; Roma 10:9-10), karenanya, keselamatan adalah anugrah; dan kebangkitan disinggung dalam ayat 4. Karenanya, pesan injil ini memasukkan juga unsur esensial.

Belajar Hidup dalam Kerendahan Hati

Mat 11:29 "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan."
Belum lama ini saya membaca sebuah buku tentang kerendahan hati karangan Adrew Murray, seorang hamba Tuhan besar di abad lalu.
Winkie Pratney dalam kata sambutannya untuk buku itu mengatakan bahwa kerendahan hati masih merupakan salah satu kebutuhan terbesar dalam zaman kita.
Begitu banyak buku yang membahas tentang kunci hidup sukses dan diberkati, tapi hanya sedikit yang menempatkan kerendahan hati sebagai syarat untuk mencapai kesuksesan sejati. Kerendahan hati seharusnya menjadi tujuan dan sasaran dalam hidup kekristenan kita sebab itulah kunci untuk menemukan kebahagiaan dan kedamaian sejati.
Dalam bahasa Yunani kerendahan hati dituliskan dengan kata 'praios' ( terjemahan b.Ingris : meek ) yang mana berarti juga lemah lembut. Kata praios juga dipakai dalam salah satu tema kotbah Yesus di bukit ( beatitudes ) yaitu berbahagialah orang yang lemah lembut ( praios) , karena mereka akan memiliki bumi. Para teolog yang ahli bahasa aram ( bahasa yang Yesus gunakan ) memperkirakan maksud Yesus dengan lemah lembut ( meek ) di sini adalah seseorang yang menyerah kepada Allah. Kerendahan hati memang erat kaitannya dengan peyerahan dan ketergantungan total kepada Allah. Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Rasul Paulus menuliskan tentang buah Roh yang salah satunya adalah kerendahan hati/kelemahlembutan ( praios, praiotes ). Jadi ternyata kerendahan hati juga merupakan salah satu bagian dari buah Roh. Salah satu tanda kedewasaan rohani adalah memiliki buah Roh termasuk salah satunya buah kerendahan hati/kelemahlembutan.
Yesus merupakan tedadan utama kita dalam mempelajari hidup dalam kerendahan hati. Selama hidupNya di dunia ini, Yesus selalu berjalan dalam kerendahan hati dan ketaatan kepada Bapa. Oleh karena itu pelayananNya membawa pengaruh yang begitu besar dan tidak dapat tertandingi oleh siapapun manusia yang pernah hidup di dunia. Sejak manusia jatuh ke dalam dosa maka dunia ini sudah dikuasai oleh kesombongan dan keangkuhan hidup. Yesus datang dengan bersenjatakan kerendahan hati untuk mengalahkan dan menaklukkan kesombongan tersebut. Kesombongan hanya dapat dikalahkan oleh kerendahan hati.
Walaupun Yesus merupakan anak Raja dari segala Raja namun Ia memilih untuk lahir di kandang yang hina. Lalu Ia juga memilih untuk dilahirkan sebagai anak tukang kayu yang mana bukan pekerjaan terhormat. Selama 30 tahun, Ia juga bekerja sebagai tukang kayu walaupun sebenarnya Ia bisa saja melayani sejak remaja sebab kemampuan dan hikmatNya sudah memungkinkan untuk itu. Namun dengan sabar Yesus menunggu dalam kerendahan hati sampai waktunya (kairos) telah tiba bagi Dia untuk melayani sebagai anak Allah. Salah satu definisi dari kerendahan hati adalah kerelaan untuk mengalami hinaan dan tidak dikenal.
Pada masa-masa terakhir hidupNya di dunia ini, Yesus membasuh kaki murid-muridNya sebagai lambang kerelaanNya untuk melayani dan menjadi hamba bagi orang lain. Yesus mengatakan kepada para muridNya sebagaimana Aku membasuh kakimu maka kamu wajib saling membasuh kaki yang mana berarti harus saling melayani dan merendahkan diri. Selain berarti kerelaan untuk tidak dikenal, kerendahan hati juga berarti kerelaan untuk melayani dan menjadi hamba bagi orang lain. Kita wajib saling melayani satu dengan yang lain dalam kerelaan bila ingin hidup dalam kerendahan hati. Salah satu bentuk saling melayani tersebut adalah dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.
Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya ( I Ptr 5:6 ). Syarat untuk mendapatkan promosi/peninggian dari Allah adalah hidup dalam kerendahan hati. Bila kita hidup dalam kerelaan untuk tidak dikenal dan melayani orang lain maka Tuhan akan meninggikan kita pada waktunya. Promosi yang sejati datang dari Tuhan bukan dari manusia. Bila Tuhan sendiri yang mempromosikan kita maka tidak ada satupun manusia yang dapat menghalangiNya.
Selain itu hidup dalam kerendahan hati juga akan membuat hidup kita berhasil dan dipenuhi berkat. Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah ( Mzm 37:11). Walaupun bangsa kita sedang dirundung krisis yang sepertinya tiada berujung namun bila kita hidup dalam kerendahan hati maka kita akan mewarisi negeri ini dan menikmati kesejahteraan yang berlimpah-limpah. Jaminan kita bukan datang dari manusia tetapi datang dari Allah. Tuhan tidak akan pernah gagal menepati janjiNya sebab Ia tidak bisa gagal.
Bill Gothard mengatakan setiap pagi ia membiasakan diri merendahkan dirinya dalam doa kepada Tuhan. Setiap pagi ia mengakui kelemahan dan ketidaklayakannya kepada Tuhan. Bill berkata, "Bila Saya tidak merendahkan diri maka akan ada orang yang dengan senang hati akan merendahkan saya ". Daripada direndahkan lebih baik kita merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Segala sesutu yang kita lakukan berulang-ulang akan menjadi kebiasaan kita. Kebiasaan-kebiasaan dalam hidup kita itulah yang disebut karakter kita. Bila kita membiasakan diri untuk hidup dalam kerendahan hati maka lambat laun kita akan memiliki karakter kerendahan hati. Kerendahan hati bukanlah sebuah karunia Roh melainkan karakter yang harus terus dilatih.
Beberapa waktu belakangan ini saya mulai membiasakan diri merendahkan diri setiap pagi dihadapan Tuhan. Setiap pagi saya mengakui kepada Tuhan semua kelemahan dan ketidakberdayaan saya. Saya mengakui dalam doa betapa saya ini lemah dan rentan terhadap dosa karena masih tersusun dari darah dan daging. Saya memohon kasih karunia dan kekuatan kepada Tuhan agar sepanjang hari bisa hidup dalam kekudusan dan kebenaran. Setelah melakukan kebiasaan itu, saya merasakan adanya sebuah kemenangan dan lebih mudah untuk hidup dalam kekudusan sepanjang hari. Bukan berarti setelah itu tidak ada lagi pencobaan dan godaan tetapi tersedia anugerahNya yang memberikan kekuatan untuk mengatasi setiap pencobaan yang datang.
Kita semua sebenarnya layak binasa karena dosa namun oleh anugerahNya saja kita dibenarkan dan diselamatkan. Semuanya memang hanya karena anugerahNya bukan karena kuat kita. Marilah kita hidup dalam kerendahan hati seperti Tuhan kita, Yesus Kristus !

Indonesia Minim Jiwa Kepemimpinan

Kurangnya jiwa kepemimpinan menyebabkan krisis ekonomi masih terasa di Indonesia. Selama enam tahun ini, Indonesia masih tertinggal dibandingkan Malaysia, Singapura, Thailand, Korea Selatan, dan negara lain di kawasan Asia. Negara-negara tersebut sudah mampu keluar dari krisis dan menata ekonominya untuk menyambut permainan globalisasi dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Penyebab kemajuan mereka, menurut Charlo Mamora, Managing Partner Transforma, karena adanya dukungan dari perusahaan-perusahaan yang dapat menyikapi krisis tersebut dengan arif. Demikian dilaporkan harian Media Indonesia.
"Mereka melakukan penyelarasan pola pikir individu dan pembenahan kepemimpinan top team untuk organisasi. Kedua hal ini adalah yang paling menentukan dan membedakan suatu organisasi akan menjadi pemenang, biasa-biasa saja, atau bahkan punah," katanya di seminar Top Team Leadership di Jakarta baru-baru ini.
Lebih lanjut Charlo mengungkapkan, Jepang berhasil mengejar ketertinggalannya dengan Barat melalui gerakan kualitas, dan Korea mampu bersaing di pasaran internasional dengan program survival atau kuantum.
"Indonesia sebenarnya dapat mengikuti jejak kedua bangsa itu, mengejar ketertinggalan melalui gerakan penyelarasan mindset (mindset alignment movement). Tetapi, selama pejabat pemerintah melihat dirinya sebagai penguasa bukan pelayan masyarakat, selama itu pula perubahan berarti tidak akan terjadi. Selama mentalitas guru melihat dirinya sebagai pengajar, bukan sebagai pendidik, selama itu pula kualitas sumber daya manusia kita tidak akan mengalami perubahan besar," ucapnya.
Begitu juga dalam dunia bisnis. Menurut Charlo, perusahaan sebagai pelaku utama harus meninjau pola pikir yang dianut. Perusahaan harus berani mengubah pola pikir yang merugikan. Untuk itu, ada lima hal yang harus diperhatikan. Pertama, adanya visi yang menantang secara bisnis dan memiliki daya pikat bagi karyawan melalui transformasi komunikasi dari pimpinan. Visi perusahaan tersebut harus melekat di semua jajaran karyawan. Kedua, adanya program kuantum, atau lompatan dari perusahaan untuk mencapai nilai ekonomis yang tinggi.
Ketiga, adanya budaya dan praktik pengembangan talenta. Itu berarti, semua orang diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuannya. Keempat, adanya proses plan-do-check-action (PDCA) yang berjalan pada setiap organ perusahaan dan terintegrasi secara keseluruhan. Kelima, adanya bahasa persatuan kerja dan interaksi dengan pelanggan atau pihak luar organisasi yang dijalani oleh keseluruhan orang dalam organisasi.
Kelima hal itu menurut Charlo membutuhkan tenaga yang luar biasa, tidak cukup lagi hanya dengan seorang CEO yang kuat seperti masa lalu.

Doa: Bukan Sekedar Kata-Kata Indah!

Dalam setiap ibadah hari Minggu kita menaikkan doa syafaat bagi jemaat-jemaat yang lain. Biasanya doa syafaat itu berbunyi demikian, "Ya Allah, saat ini kami teringat saudara-saudara yang tidak bisa hadir dalam kebaktian malam ini. Kami berdoa untuk mereka yang sudah lanjut usia, yang karena keterbatasan tubuh, tidak bisa lagi datang ke gereja. Mohon Tuhan lawat mereka dan berikan mereka penghiburan. Kami juga berdoa bagi saudara-saudara yang sakit, kiranya Tuhan bersama-sama mereka dan menyembuhkan mereka. Bagi teman-teman yang menghadapi kemunduran iman dan masalah mohon Tuhan hadir di sana dan memberikan mereka kekuatan." Terdengar pula doa yang biasa dipanjatkan ketika orang kristen ketika hendak makan, "Terima kasih Tuhan Yesus, untuk makanan yang Engkau berikan kepada kami malam hari ini. Saat ini kami teringat orang-orang miskin, para gelandangan yang kekurangan makanan. Mereka tidak bisa menikmati makanan seperti kami ya Tuhan. Mohon Tuhan memberkati, sehingga mereka bisa makan seperti kami." Doa-doa di atas adalah doa-doa yang indah. Tapi, doa bukan sekedar kata-kata meskipun kata-kata itu indah. Tapi doa seharusnya adalah sesuatu yang menggerakkan kita yang berdoa untuk melakukan suatu tindakan yang nyata. Bagaimana doa yang menggerakkan kita untuk beraksi? Seharusnya kita berdoa syafaat demikian, "Ya Tuhan kami berdoa untuk saudara-saudara yang sudah lanjut usia, utuslah kami kepada mereka untuk memberikan penghiburan kepada mereka. Pakailah kami sebagai alat Tuhan untuk mengunjungi jemaat-jemaat yang sakit supaya mereka mendapat kekuatan. Dan biarlah kami boleh menghibur saudara-saudara kami yang lemah iman dan mendapatkan masalah yang berat supaya mereka dapat merasakan kasih dan penghiburan." Sedang doa makan yang tidak sekedar kata-kata, misalnya, "Ya Tuhan Yesus, kami berterima kasih untuk makanan ini. Saat ini kami teringat orang-orang yang kelaparan, doronglah kami untuk membagi kepada mereka apa yang kami punya." Apakah Anda sekedar berkata-kata indah dalam berdoa?

Development Of Personal Self Confidence

Self confidence, for many of us, is a nebulous feeling. It is hard to quantify exactly what it is. It seems hard to acquire but easy to dismantle. You can't really see it or touch it but you know when someone has it and (usually) when they don't. However, it is a state that is needed as a foundation for building anything. So what is self confidence anyway?
Self confidence begins with trust. It is trusting in your own abilities, strengths and attributes. It is the ability to take action and succeed. It is also the ability to take action and fail without allowing the failure to reflect badly on your own internal self of identity.
The true essence of self confidence lies in faith and belief. The belief in your own abilities. It is having a sense of self worth and feeling no less than anyone else. Self confidence means that no matter what happens you know that can deal with it. It is really having a sense of Self. Being aware that you are just fine as you are and being aware that those little imperfections that you do have are a part of who you are. They are part of the unique individual that makes you special.
So what leads to a lack of confidence?
Well, each of us have a self-protection mechanism built into us, and although this is much needed, it can cause untold damage in other areas of our lives. There is a self protection program that is hot-wired into the brain and energy system of every living thing. Its role is to protect us. It protects us from dangerous situations by accessing memories and reminding us of the previous discomfort!
Let me explain with an example. If you touch a hot coal you get burned and you know not to touch it again - your self-protection mechanism kicks in. If you encounter a red-hot coal in the future you keep your hands and body far enough away so you don't feel the burning sensation and the pain associated with it. Your subconscious mind programs into your brain the fear of getting too close to hot coals. This memory, or just the fear and pain connected to it, is immediately evoked and sent to the conscious mind by the subconscious when it feels you are in danger of getting burnt. This mechanism, for self-preservation, has protected you from an infant. Unfortunately though, it also works against you in a lot of different ways.

Let's look at one. Say that, in the past, you tried to perform a task and failed, only to be ridiculed or laughed at by peers, family, friends or authority figures. This may have embarrassed you and made you feel inadequate. Your subconscious mind automatically stored this scenario and the emotion associated with it in your memory through, what are called, schemas. These are neural networks in the brain that fire in sequence and send electrical impulses to the body telling it to release certain chemicals (which produce emotional responses). A neural connection is made between the memory of the event and the emotion you felt at the time. When faced with a similar circumstance in the future you will have problems. The subconscious mind immediately activates the schema and the neural network begins to fire. Thus the subconscious mind replays the memory and the original emotions are evoked in order to protect you! This is done purely so that you do not feel belittled again.

For example, you may have tried to paint a picture. Those who were in your vaccinity at the time may have chuckelled or made fun of you. This caused you embarrassment and the feeling of being ostracized like the "odd man out". You lacked the approval of your peers. Like a computer your subconscious filed this information away on your memory banks to be accessed at a later date when it thinks you need it. 20 years later you still have a desire to paint but won't even go to a night class to learn because the thought of painting brings forth the emotions of disapproval, embarrassment and fear. The subconscious mind replays the emotions associated with the old memory even if you can't recall the actual event ever having happened. You are actually getting a very clear message from your subconscious mind and it is telling you that if you try to paint again you feel all those terrible feelings. It reminds you by showing you the feelings again!".

Usually such emotional memories stem back to childhood from the time when you were most impressionable but not always. You can just as easily encounter such problems when you are an adult and the key to protecting yourself from such negative influences is to develop a better sense of yourself and build your confidence. This is at the very core of all personal development and self improvement techniques!

In reality you have no idea what the outcome will be when you start something new . As an adult, you should be able to try new things without the fear of what ridicule, or condemnation from others, would do to your confidence.
Self confidence is having the ability to feel the fear and do it anyway. In reality you have no idea what the outcome will be when you perform a task that is new to you. However, with increased self confidence you will be more expectant of a desirable result. Should you not have the outcome you desire you are then capable of looking at the situation realistically, determining what you need to learn and develop in order to succeed at it or at least be able to accept the fact that your are not suited to the activity without "freaking out" about it.
Many people believe that you are either born with confidence or you are not. The truth is we are all born confident! You demanded what you wanted and let everyone around you know it by wailing because you believed in your own self-worth and knew that you deserved it. You tried to walk several times while falling knowing that eventually you would get it. This is confidence. Unfortunately this kind of confidence is usually programmed out of us but it is your NATURAL sate. It's time to get it back.
Firstly, you should be kind to yourself. Don't expect perfection. Do you think Tiger Woods got a hole in one the first time he played golf? Even if he was born with a natural aptitude for playing the sport it is most likely that when he first attempted it he was not very good as he lacked the skills and knowledge of more experienced players!
The thing that builds your confidence is trying things that you haven't done before. Try to do something that scares you. Those people who have self confidence are willing and often eager to try new challenges not because they are certain of success but because they have enough belief in themselves to give it a try. They refuse to give into their own fears. If there was no fear or uncertainty then there would only be knowing! Confidence is not knowing but trying anyway.

The good news is that there are strategies and approaches you can learn to build your confidence level to a new all-time high. Once you learn these and begin to apply them you will feel better able to try new things and enter new situations. Then as you begin to succeed and realise that the world didn't stop spinning because you faced your fear, you will gain more and more confidence.
The best advice I can give you is to use some of the excellent tools available for building up your self confidence and self esteem. Hypnosis and emotional releasing techniques can be invaluable. The personal development industry has a myriad of products and you should pick one that resonates with you. However, you have all the power within that you need to change yourself from the inside out. Make the decision now to face one fear a week and do it. You will build your self confidence to a level that you can not even now imagine.

02 Oktober 2007

Kavaleri dan Infanteri Kristen

Kalau yang membaca Asterix mungkin juga sering melihat ilustrasi Julius Caesar mengendarai kereta kuda dengan anggunnya. Sewaktu melihat ilustrasi-ilustrasi tersebut, sering kali terasa (terutama waktu kecil), betapa inginnya duduk diatas kuda dengan gagahnya, melaju ke medan perang dan menang.
Tapi fakta aslinya tak seindah gambar-gambar itu. Hancurnya "feudalisme" di Eropa selain karena faktor sosial juga lebih banyak karena para jendral di abad pertengahan menemukan pasukan anti-kavaleri: artileri, pemanah, dan pikeman (infanteri dengan tombak panjang), yang sangat murah tapi bisa mengancurkan serangan pasukan kavaleri. Dalam fakta sejarahnya juga, pasukan kavaleri atau kereta (chariot) tak terlalu efisien kecuali dalam kondisi tertentu. Pasukan kereta memerlukan daerah yang benar-benar datar, seperti padang pasir; begitu mereka masuk ke daerah pegunungan seperti China atau Eropa, kereta tak lagi bisa efektif: mudah sekali untuk kereta-kereta tersebut untuk terbalik hanya karena menyenggol satu batu kecil. Kuda perang tak cocok bertempur di pegunungan. Penyebaran Islam yang oleh pedang, unta, dan kuda efektif di daerah Timur Tengah yang relatif datar tapi tidak di daerah Eropa yang bergunung. Perhatikan juga: daerah-daerah mana yang gagal dikuasai pasukan Genghis Khan? Eropa tengah yang bergunung, selatan China yang penuh hutan rimba, dan Jepang yang dilindungi laut.
Selain itu, pasukan kereta, gajah, kavaleri, bahkan di jaman sekarang ini, tank; sangatlah mahal. Misalnya pasukan kereta: perlu ditarik oleh 3-4 kuda, kemudian diisi tiga orang, pengemudi, pemegang tameng, dan penombak. Pasukan kavaleri ksatria: biaya kuda dan juga membeli baju zirah itu sangat tinggi, apalagi di abad pertengahan yang belum mengenal tekhnologi modern.
Jadi apa gunanya kavaleri atau pasukan kereta, atau bahkan pasukan gajah? Tidak lain sebagai "shock troop," pasukan yang mengagetkan pasukan musuh karena kecepatan dan "terror"-nya. Bayangkan, bagaimana rasanya di depan kuda yang melaju, yang ditunggangi ksatria yang mengarahkan tombaknya kehadapan pembaca? Tentunya sangat menakutkan. Tapi shock itu hanya sementara. Korban pasukan kavaleri sendiri tak akan terlalu banyak. Begitu shock terjadi dan mengakibatkan barisan musuh terbelah dan kacau, pasukan infanteri perlu langsung dengan cepat mengisi belahan itu dan menghancurkan pasukan musuh. Tak heran kalau di medan perang, jauh lebih banyak infanteri, sedangkan cavaleri hanya sedikit. Misalnya di perang saudara US (1861-5), kedua pihak memiliki 96,885 infantry dan 10,596 kavaleri. Jadi, memang pasukan kavaleri dibutuhkan dalam perang, tapi tanpa kerja samanya dengan pasukan infanteri, pasukan kavaleri tak akan bisa memberikan kemenangan mutlak atau jangka panjang.
Sebelum pembaca merasa bahwa tulisan ini isinya hanya tentang taktik perang, mari saya sekarang masuk ke inti permasalahan yang ingin saya sampaikan dengan ilustrasi di atas; yakni persamaan antara "kavaleri-infanteri" dengan gereja Indonesia. Saya memperhatikan bahwa di milis-milis baik FICA ataupun milis Kristen lain, condong memberikan pujian kepada orang-orang yang dianggap ahli theologia atau membangkitkan semangat 45 melalui KKR. Terlihat jelas bahwa banyak gereja di Indonesia terlalu condong dalam membentuk pasukan-pasukan kavaleri seperti ahli-ahli theologia/apologetika, atau pendeta pemimpin, daripada pekerja infanteri yang sebetulnya sangat critical, seperti seorang yang kerjaannya menjadi gembala atau pekerja di background, seperti guru-guru sekolah minggu.
Ini bukan merupakan problematika yang baru. Bahkan sejak pertama kali reformasi terjadi di masa Luther, hal ini sudah menjadi masalah besar, di mana theolog-theolog baru yang dihasilkan universitas-universitas lebih tertarik untuk terjun dalam debat polemik theologia Calvinis lawan Lutheran lawan Katolik daripada menjadi pasukan infanteri yang melakukan pelayanan yang tak terlihat. Lulusan sekolah theologi lebih ditekankan ilmu debat yang menyerang Katolik, bukan pelayanan kepada jemaat. Kalau pun ada penggembalaan, fokus pelayanannya bukan kepada massa yang tak memiliki uang atau pengaruh. Contohnya ada satu gereja yang sampai menyewa tukang pukul untuk mengusir orang-orang yang dianggap kurang beriman atau kurang berpendidikan. Pada masa itu, orang-orang yang bisa mengerti theologia reformasi hanyalah sedikit, yakni intelektual yang memang bisa membaca, sedangkan agar bisa mengerti seperti itu, orang-orangnya perlu memiliki pendidikan yang cukup tinggi. Pertanyaannya: siapa yang waktu itu bisa memiliki pendidikan tinggi? Hanyalah bangsawan dan orang kaya. Tak heran, akibatnya terjadi dua fakta penting yang kurang dibahas dalam sejarah gereja: reformasi menyebabkan angka orang atheis meningkat dan pengaruh Lutheran/Calvinis sendiri dalam hanya beberapa tahun setelah reformasi sebetulnya menurun drastis.
Saya tak ragu kalau hal di juga terjadi di Indonesia. Gereja kebanyakan hanya untuk orang-orang kaya. Contohnya: gedung gereja dengan harga milyaran, apakah pembantu rumah tangga atau rakyat kecil yang miskin berani masuk ke gedung-gedung seperti itu tanpa rasa risih karena mereka tak memiliki baju super mahal dan dikelilingi orang-orang yang berpakaian seperti kaisar? Kalau dengan perumpamaan saya di atas, saya bilang itu adalah gereja tipe kavaleri.
Bagaimana dengan para pendeta? Terlihat fokus dari gereja hanyalah membentuk pendeta kavaleri, yang hanya mau khotbah di depan massa yang minimal 1000 orang atau orang-orang kaya. Ini tidak salah, asalkan didukung oleh "infanteri" yang kemudian membantu orang-orang yang berhasil "dijamah" dan digembalakan. Tapi sering kali yang terjadi hanya sebuah KKR, tanpa dilanjutkan oleh usaha-usaha gereja untuk menggembalakan domba-Nya.
Memang lebih menyenangkan untuk menjadi pasukan kavaleri: tenar. lebih terlihat, lebih banyak duit, dsb. Siapa yang tak mau memimpin KKR dan digaji dengan uang kolekte sampai milyaran? Memang ada juga perhatian ditempatkan untuk pasukan infanteri, tapi permasalahannya adalah perhatiannya lebih ditujukan kepada pasukan infanteri yang berperan untuk meningkatkan keagungan pasukan kavaleri. Misalnya dalam KKR, cukup banyak perhatian ditujukan untuk pasukan infanteri yang mati-matian mengusahakan agar KKR itu terjadi seperti orang yang menyusun booklet, menghias gedung, pokoknya kacung-kacung yang tanpa meraka itu KKR tak akan bisa terjadi.
Sayangnya perhatian yang sama tak ditujukan ke pasukan infanteri lain yang tak bekerja secara langsung untuk kejayaan pasukan kavaleri itu. Misalnya infanteri pengajar sekolah Minggu. Saya sering mendengar guru-guru sekolah Minggu ditempatkan di ruangan kumuh gereja, tanpa sarana memadai. Di satu gereja, guru sekolah minggu mengajar di sebuah ruangan tempat sang pendeta memelihara hewan peliharaannya, seperti burung hias.
Sayang sekali pasukan kavaleri itu tak menyadari bahwa tanpa pasukan infanteri yang mati-matian mengajar sekolah minggu atau membantu konseling, atau pokoknya fungsi sosial lain, gereja tak akan bisa berfungsi. Di tempat lain, pasukan infanteri Kristen yang berusaha terjun di bidang politik tak didukung penuh oleh gereja. Beberapa gereja sampai melarang anggotanya ikut politik atau berpartisipasi karena ingin agar semua resources demi keagungan pasukan kavaleri gereja. Kalaupun ada resources, gereja daripada membangun sekolah untuk orang miskin atau gerakan sosial lain, lebih memfokuskan untuk membangun gedung gereja super atau sekolah yang tujuannya cari duit. Satu yayasan Kristen di Indonesia misalnya, terkenal memiliki resources yang sangat tinggi, tapi kebanyakan resourcesnya dilempar untuk membeli tanah, tanpa lebih meningkatkan sekolah atau memperbanyak sekolah untuk orang- orang miskin. Sayangnya memang penekanan gereja kita hanyalah untuk pasukan kavaleri saja.
Salah satu peserta milis ini pernah bertanya kepada saya, bahwa kenapa kok Islam kelihatannya lebih maju dari Kristen dari segi politik dan sosial? Jawaban saya adalah kehebatan mereka terletak bukan dari segi jumlah, tapi justru dari koordinasi pasukan mereka yang brilyan. Pasukan kavaleri mereka hebat-hebat, seperti Ulil, Cak Nur, Gus Dur, dsb. Hebatnya mereka juga menekankan sekali ke peran infanteri, seperti pembangunan madrasah, pesantren, dsb. Kerja sosial mereka bukan hanya seperti kita, yang bangkit kalau digebuki seperti Mei 1998, tapi justru sepanjang saat, karena mereka kuatir tentang "Kristenisasi."
Hebatnya justru kita yang sering menggembar-gemborkan bahaya "Islamisasi" tak pernah memikirkan untuk mengkoordinasi gerakan Kristen. Kebanyakan hanya tertarik sebagai pasukan kavaleri saja. Kalau ada gerakan untuk meningkatkan pasukan infanteri, kebanyakan ditentang pendeta atau penatua dengan alasan bahwa itu tak menguntungkan gereja atau tak membantu pasukan kavaleri. Justru harusnya yang terjadi sebaliknya: pasukan kavaleri digunakan untuk membantu pasukan infanteri. Kavaleri membantu untuk mendobrak musuh, menciptakan celah yang mampu diisi pasukan infanteri dengan cepat sehingga musuh bisa dikalahkan.
Yang terjadi sering kali, pendeta dengan hebatnya mengomando pasukan kavaleri maju terus ke depan, memberikan kerusakan kepada musuh, tapi kemudian pasukan musuh berbalik kembali menghancurkan kita. Contohnya apa? Itu Laskar Jihad.... Kita tahun 1980-an fokusnya sama: menyerbu dengan pasukan kavaleri tanpa mengirimkan infanteri untuk mengisi celah yang dibuat. Begitu 1990 terjadi "counterattack" oleh ICMI, DDII, dsb; kita tak memiliki infanteri untuk bertahan. Sekarang kita ada ruang untuk bernafas, walau sekejab, maukah kita membentuk taktik baru, koordinasi antara kedua pasukan untuk membentuk "Laskar Kristus" yang hebat?
Sebelum saya menyudahi tulisan ini, saya minta kepada saudara- saudari pembaca tulisan ini, tolong, kalau hari Minggu bertemu dengan guru sekolah minggu atau orang lain yang kurang dihargai pelayanannya di gereja (e.g. sound system operator, tukang sapu, dsb), tolong luangkan sedikit waktu untuk mengatakan terima kasih karena mau menjadi pasukan infanteri.

CINTA

Sudah banyak lagu digubah, puisi ditulis, dan kanvas dilukis untuk menggambarkan cinta. Tapi apakah cinta itu sebenarnya? Tentunya seorang pelukis akan berbeda dengan seorang pencipta lagu dalam menjelaskan cinta. Bahkan setiap orang akan mendefinisikan cinta dengan cara yang berbeda. Sah-sah saja.
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia, sudah lama tertarik dengan konsep cinta (misalnya Eric Fromm, Maslow) karena manusia satu-satunya makhluk, konon, yang dapat merasakan cinta. Hanya saja masalahnya, sebagai sebuah konsep, cinta sedemikian abstraknya sehingga sulit untuk didekati secara ilmiah. Dalam tulisan ini dipilih teori seorang psikolog, Robert Sternberg, yang telah berusaha untuk menjabarkan cinta dalam konteks hubungan antara dua orang.
Menurut Sternberg, cinta adalah sebuah kisah, kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan dan sebagainya. Kisah pada setiap orang berasal dari “skenario” yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan.
Sternberg terkenal dengan teorinya tentang segitiga cinta (bukan cinta segitiga, lho). Segitiga cinta itu mengandung komponen: (1) keintiman (intimacy), (2) gairah (passion) dan (3) komitmen.
Keintiman adalah elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau saling merangkul bahu.
Gairah adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual.
Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama.
Menurut Strenberg, setiap komponen itu pada setiap orang berbeda derajatnya. Ada yang hanya tinggi di gairah, tapi rendah pada komitmen (lihat tabel). Sedangkan cinta yang ideal adalah apabila ketiga komponen itu berada dalam proporsi yang sesuai pada suatu waktu tertentu. Misalnya pada tahap awal hubungan, yang paling besar adalah komponen keintiman. Setelah keintiman berlanjut pada gairah yang lebih besar, (dalam beberapa budaya) disertai dengan komitmen yang lebih besar. Misalnya melalui perkawinan.
Cinta dalam sebuah hubungan ini tidak selalu berada dalam konteks pacaran atau perkawinan. Pola-pola proporsi ketiga komponen ini dapat membentuk berbagai macam tipe hubungan seperti terlihat dalam tabel berikut.
Tipe
Komponen yang hadir
Deskripsi
Nonlove
Ketiga komponen tidak ada
Ada pada kebanyakan hubungan interpersonal, seperti pertemanan biasa (hanya kenalan saja)
Liking
Hanya keintiman
Ada kedekatan, saling pengertian, dukungan emosional, dan kehangatan. Biasanya ada pada hubungan persahabatan (bisa sesama jenis kelamin)
Infatuation
Hanya gairah
Seperti pada cinta pada pandangan pertama, ketertarikan secara fisik, biasanya mudah hilang
Empty love
Hanya komitmen
Biasanya ditemukan pada pasangan yang telah menikah dalam waktu yang panjang (misalnya pada pasangan usia lanjut)
Romantic love
Keintiman dan gairah
Hubungan yang melibatkan gairah fisik maupun emosi yang kuat, tanpa ada komitmen (pacaran atau perkawinan)
Companionate love
Keintiman dan komitmen
Hubungan jangka panjang yang tidak melibatkan unsur seksual, termasuk persahabatan (juga persahabatan suami-istri)
Fatous love
Gairah dan komitmen
Hubungan dengan komitmen tertentu (misalnya perkawinan) atas dasar gairah seksual. Biasanya pada suami istri yang sudah kehilangan keintimannya
Consummate love
Semua komponen
Menjadi tujuan dari hubungan cinta yang ideal
Sumber: Papalia; Olds & Feldman. (1998). Human development (7th ed.). Boston: McGraw Hill

Pada remaja, diharapkan mereka mulai mengenali cinta melalui hubungan yang mengandung komponen keintiman. Mulai dari tahap perkenalan, lalu menjadi teman akrab, lalu sahabat. Pada tahap persahabatan, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis kelamin, diharapkan berkembang perasaan hangat, kedekatan dan emosi-emosi lain yang lebih kaya. Dalam hubungan antar jenis, persahabatan dapat berkembang dengan komitmen pacaran. Pada tahap pacaran ini keintiman dapat muncul komponen gairah dengan proporsi yang relatif rendah.
Pada pasangan yang telah dewasa, bila faktor-faktor emosional dan sosial telah dinilai siap, maka hubungan itu dapat dilanjutkan dengan membuat komitmen perkawinan. Dalam perkawinan, diharapkan ketiga komponen ini tetap hadir dan sama kuatnya.
Pada budaya tertentu, komitmen dianggap sebagai kekutan utama dalam perkawinan. Karena itu banyak perkawinan (dalam budaya tersebut) yang hanya dilandasi oleh komitmen masing-masing pihak pada lembaga perkawinan itu sendiri. Perkawinan dipandang sebagai keharusan budaya dan agama untuk melanjutkan keturunan, atau karena usia, atau untuk meningkatkan status, atau sebab-sebab lain. Perkawinan seperti ini akan terasa kering karena baik suami maupun istri hanya menjalankan kewajibannya saja.
Variasi lain, perkawinan hanya dianggap sebagai lembaga yang mensahkan hubungan seksual. Perkawinan semacam ini kehilangan sifat persahabatannya, yang ditandai dengan tidak adanya kemesraan suami istri, seperti makan bersama, berbincang-bincang, saling berpelukan dan sebagainya.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, pola hubungan cinta seseorang sangat ditentukan oleh pengalamannya sendiri mulai dari masa kanak-kanak. Bagaimana orang tuanya saling mengekspresikan persaan cinta mereka (atau malah bertengkar melulu), hubungan awal dengan teman-teman dekat, kisah-kisah romantis sampai yang horor, dan seterusnya, akan membekas dan mempengaruhi seseorang dalam berhubungan. Karenanya setiap orang disarankan untuk menyadari kisah cinta yang ditulis untuk dirinya sendiri. Seperti apakah cinta menurut kamu?
Memang teori Strenberg tentang cinta ini belumlah lengkap dan memuaskan semua orang. Misalnya bagaimana teori ini dapat menjelaskan cinta ibu terhadap anaknya? Atau bagaimana cinta dapat dipertentangkan dengan perang dan kebencian? Hanya saja, sebagai sebuah deskripsi ilmiah terhadap fenomena cinta, teori ini dapat dikatakan cukup membantu dalam memetakan pola-pola hubungan cinta antar individu. Apa komentar kamu?